Monthly Macro Review : Strong Month

  • icon-jam2 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : Strong Month

Banyak perkiraan pelaku pasar bahwa Indonesia dapat mengalami tekanan seperti negara lain yang sedang mengalami masalah inflasi. Namun ternyata justru Indonesia menjadi pilihan bagi banyak investor global terutama dari kelas aset saham untuk menjadi tujuan aliran Investasi. Kita melihat kebijakan fiscal dan moneter terus bergerak mengikuti dinamika kondisi ekonomi global agar pertumbuhan domestik dapat terjaga. Kami masih percaya estafet pertumbuhan masih dapat terus berlanjut sampai akhir tahun 2022.

Overview

Kondisi ekonomi AS masih dihadapkan pada inflasi yang cukup alot dan bertahan tinggi meski ada tanda – tanda penurunan. Inflasi AS pada bulan Agustus tercatat 8,3% yoy, sudah lebih rendah dari bulan sebelumnya di 8,5% yoy namun jelas tidak sesuai harapan pasar yang berada pada 8,1% yoy. Tidak mengherankan bila Gubernur The Fed pada pertemuan di bulan Agustus menyatakan akan terus menaikan suku bunga acuan pada tingkat yang lebih tinggi agar inflasi benar – benar dapat sesuai harapan. Pernyataan tersebut tentu mengisyaratkan bahwa the Fed sudah mempersiapkan ekonomi jangka pendek mengalami tekanan besar sebelum dapat menikmati perekonomian yang lebih mudah pada jangka panjangnya. Dengan demikian harapan pasar agar the Fed akan mengubah arah kebijakan moneter yang ketat menjadi pudar dan pasar global baik saham maupun obligasi kembali terkoreksi karena menyesuaikan kebijakan moneter yang sepertinya masih akan tetap ketat sepanjang tahun 2023, dimana sebelumnya pasar memperkirakan awal semester satu 2023 the Fed sudah akan mengubah kebijakannya.

Dari belahan dunia lain, Eropa sepertinya mengalami ujian besar dimana pasokan gas dari Rusia berkurang 1/3 akibat penutupan pipa Nord Stream 1. Mendekati musim dingin, Eropa berusaha mencukupi kebutuhan energi dengan menggunakan LNG (Liquid Natural Gas) sehingga harga gas mengalami kenaikan banyak di bulan Agustus. Dengan masih tingginya harga energi, Eropa sepertinya akan menghadapi kondisi yang tidak mudah untuk kedepannya. Disamping itu, inflasi yang tinggi membuat Bank Sentral Eropa (ECB) harus menaikan suku bunga dengan agresif. Sementara itu, kekeringan melanda sebagian wilayah China sehingga mengakibat sungai terpanjang negara tersebut yaitu sungai Yangtse berkurang aliran airnya dan menurun pasokan listrik tenaga air (hydro power) yang menyumbangkan 15% kebutuhan energi negara tersebut.

Selain itu, akibat suhu panas yang tinggi masyarakat lebih banyak beraktifitas di dalam gedung atau ruangan sehingga pemakaian listrik naik. Maka dari itu, pasokan listrik yang terbatas menjadi salah satu penahan laju produksi manufaktur negara tersebut.

Bila melihat perekonomian dalam negeri, inflasi memang mengalami kenaikan dan telah mencapai 4,69% yoy di bulan Agustus. Di antara negara G20, Indonesia berada pada urutan kelima dengan inflasi terendah setelah China (2,5% yoy), Jepang (2,6% yoy), Arab Saudi (3,0% yoy) dan Swiss (3,5% yoy). Selain itu, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cukup menggembirakan karena cukup stabil dimana dalam 3 bulan terakhir hanya melemah 1,7% dan 12 bulan 3,0%, sementara DXY telah naik mencapai 108 pada akhir Agustus 2022, jauh dibandingkan akhir Mei di 101 (+6,9%) dan Agustus 2021 di 93 (+16%). Baik inflasi dan nilai tukar membuat ekonomi Indonesia jauh lebih stabil dibandingkan negara lain.

Pada bulan Agustus kita juga mendengarkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023. Dalam rancangan tersebut, kita dapat melihat bahwa pemerintah kembali ke kebijakan disiplin anggaran seperti sebelum pandemi Covid-19. Hal ini memberikan sinyal yang kuat kepada pasar bahwa peringkat obligasi negara Indonesia dapat dipertahankan. Meskipun demikian, kami melihat adanya risiko dimana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral di berbagai negara yang menyebabkan yield obligasi negara lain lebih tinggi sehingga menawarkan imbal hasil yang lebih kompetitif kepada investor. Oleh karena itu, menurut kami, jika Pemerintah dan Bank Indonesia dapat menjaga kredibilitas keseluruhan dalam kebijakan fiskal dan moneter, obligasi Indonesia akan tetap diminati dan menarik bagi tipe investor yang lebih luas terutama dengan credit rating yang lebih baik.

Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan BI 7D RRR sebesar 25 bps pada Agustus 2022 menjadi 3,75%. Kenaikan ini terjadi untuk pertama kalinya sejak Mei 2018 dan setelah bertahan pada periode panjang 18 bulan di 3,50%. Kami melihat penyesuaian suku bunga acuan tersebut adalah langkah mitigasi dalam menghadapi rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Menurut kami penggunaan anggaran yang lebih produktif untuk pembangunan dan mempertahankan daya beli masyarakat bawah melalui BLT (Bantuan Langsung Tunai) akan lebih memiliki nilai tinggi dibandingkan memproteksi harga bensin yang memang sudah seharusnya naik.

Jika kita membandingkan pergerakan yield dari INDOGB 10-tahun pada bulan Agustus dengan tiga bulan terakhir (Mei, Juni dan Juli 2022), maka kita dapat mengatakan bahwa volatilitas yield di Agustus bergerak relatif stabil dengan kisaran hanya sekitar 25 bps (7,22% – 6,97). %). Ini adalah kondisi yang sangat menguntungkan bagi INDOGB mengingat terjadi kenaikan yang signifikan dari yield US 10-tahun Treasury yang didorong oleh kebijakan Fed yang hawkish. Spread antara US Treasury dan INDOGB 10 tahun bergerak di antara 400 – 450 bps selama bulan Agustus 2022.

Pasar saham global mengalami koreksi sejak pertengahan Agustus 2022 karena investor mengantisipasi kebijakan The Fed yang akan dikeluarkan. Hal tersebut berbeda dengan indeks saham Indonesia yang dapat berkinerja baik pada Agustus 2022 dan merupakan salah satu bulan terbaik di tahun 2022. Ada beberapa alasan kami menilai pasar domestik bereaksi positif meski pasar pasar global menghadapi tantangan. Pertama, kinerja fundamental menunjukkan bahwa korporasi Indonesia, terutama sektor perbankan dan komoditas, membaik sesuai prediksi pasar. Oleh karena itu, investor masih terus membeli saham dengan target harga yang belum tercapai dengan valuasi yang relatif terjangkau. Kedua, RAPBN 2023 yang diusulkan pemerintah menunjukkan kebijakan belanja yang disiplin sekaligus tetap mendorong pertumbuhan diterima dengan baik oleh investor pasar modal. Pendukung terakhir kenaikan pasar saham adalah dinamika nilai tukar Rupiah yang masih tangguh meski dolar AS menguat. Rupiah dapat stabil karena neraca perdagangan Indonesia yang masih kuat dan arus masuk investasi untuk mendorong perekonomian. Kami pikir saham domestik belum kehabisan bahan bakar untuk terus melanjutkan kenaikan karena mendekati kuartal terakhir tahun 2022 investor cenderung lebih bullish. Kami melihat normalisasi di berbagai sektor yang berarti akan lebih banyak perusahan akan mengejar ketertinggalan karena kondisi ekonomi domestik saat ini telah memberi lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh dan berekspansi.

 

Topic of discussion

  • Inflasi turun sementara di Agustus.
  • PMI Manufacturing dan IKK sedikit meningkat.
  • Surprise terjadi pada ekspor sehingga trade balance surplus besar.
  • Perubahan kebijakan moneter.
  • Daya beli masyarakat kuat.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi.

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

 

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MGSED -19,0% -33,5%
MICB +5,3% +10,5%
Pendapatan Tetap
MIDU +0,44% +0,25%

 

*Data diatas adalah data per tanggal 21 September 2022

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Agustus 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *