Monthly Macro Review : A New Beginning

  • icon-jam2 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : A New Beginning

Memasuki tahun 2022 Indonesia masuk pada tahun perubahan dari fokus utama penanganan pandemi selama dua tahun sebelumnya menjadi pembangunan ekonomi di berbagai sektor. Fokus tersebut dapat dilakukan karena Indonesia memiliki dasar yang kuat terutama penanganan pandemi yang terkendali berkat tingkat vaksinasi yang tinggi dan protokol kesehatan yang masih diterapkan di berbagai tempat. Selain itu, masyarakat Indonesia mulai berani untuk beraktifitas normal sehingga terlihat sektor konsumsi dan transportasi mengalami kenaikan. Tingkat investasi diperkirakan akan menggantikan peran besar dana pemerintah yang digelontorkan cukup besar selama dua tahun terakhir. Kami melihat resiko pasar global lebih besar dibandingkan dengan kondisi domestik yang sedang diwarnai oleh optimisme dan efek positif dari pergerakan berbagai sektor di tanah air.

 

Overview

Gejolak inflasi di sejumlah negara di dunia sejak akhir tahun 2021 menjadi bahan utama pembicaraan investor pasar global. Perubahan kebijakan memang sangat dinantikan agar inflasi tidak menjadi permasalahan jika sampai bergerak tidak terkendali. Perubahan kebijakan moneter global terutama di AS akan memiliki dampak bagi negara lain karena tentunya negara lain harus ikut merespon perubahan untuk menjaga kestabilan. Bila negara tersebut tidak siap, maka dapat terjadi masalah yang lebih besar dimana inflasi sudah memakan daya beli, kebijakan moneter terpaksa menjadi ketat dari sebelumnya akomodatif dan tentunya berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi yang belum berjalan dengan baik. Bank Sentral AS, the Fed, menyatakan akan menaikan suku bunga acuan dan sepertinya keadaan tersebut sudah dinantikan. Namun saat ini kepastian seberapa besar kenaikan suku bunga menjadi pertanyaan karena masyarakat dan perusahaan di AS yang memiliki pinjaman akan menghadapi kesulitan jika kenaikan suku bunga acuan terlalu tinggi. Sehingga keputusan the Fed pada bulan Maret itu menjadi penting untuk memproyeksikan seberapa jauh ekonomi dapat bergerak. Indonesia tentu akan ikut terpengaruh dari keputusan tersebut secara tidak langsung. Bank Indonesia sudah mempersiapkan beberapa langkah untuk menghadapi keadaan tersebut. BI menyatakan akan menjaga kestabilan sekaligus mendukung pemulihan ekonomi. Di samping itu, Indonesia masih pada posisi yang cukup stabil dengan kondisi inflasinya dan pemulihan ekonominya yang berjalan dengan baik. Kami tidak melihat akan terjadi permasalahan bagi Indonesia bila perubahan bunga acuan AS dimulai.

Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal keempat 2021 mencapai 5,02% yoy dari kuartal ketiga 2021 di 3,51% yoy. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari ekspektasi konsensus di 4,81% yoy. Pencapaian pertumbuhan Indonesia di kuartal akhir 2021 cukup bersaing dengan negara lain seperti China di 4,0% yoy, US 5,5% yoy, Korea Selatan 4,1% yoy, Vietnam 5,2% yoy, dan Uni Eropa 4,8% yoy. Pertumbuhan Indonesia pada kuartal keempat 2021 kali ini terjadi serentak di semua faktor pembentuk PDB. Pertumbuhan konsumsi yang memiliki porsi 53% dari PDB naik 3,55% yoy di 4Q21 (vs 1,02% yoy di 3Q21), belanja pemerintah yang memiliki porsi 12% dari PDB tumbuh 5,25% di 4Q21 (vs 0,62% yoy di 3Q21), lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang memiliki porsi 1% dari PDB naik 3,29% yoy di 4Q21 (vs 2,79% yoy di 3Q21) dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang memiliki porsi 31% dari PDB tumbuh 4,49% yoy di 4Q21 (vs 3,76% yoy di 3Q21). Sementara itu, net expor tumbuh lebih tinggi mencapai 30,98% yoy di 4Q21 (vs 26,82% yoy di 3Q21) dimana expor tumbuh 29,83% yoy di 4Q21 (vs 29,16% yoy di 3Q21) dan impor tumbuh 29,60% yoy di 4Q21 (vs 29,95% di 3Q21). Net ekspor sendiri memiliki porsi sekitar 3% dari total PDB. Dengan pertumbuhan 5,02% di 4Q21 (-0,70% yoy di 1Q21, 7,07% yoy di 2Q21 dan 3,51% yoy di 3Q21), maka pertumbuah PDB 2021 secara keseluruhan mencapai 3,69% yoy. Pertumbuhan 2021 tentu masih rendah dari 2019 di 5,02% yoy namun jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan PDB 2020 di -2,07% yoy.

Saham – saham Indonesia mengawali tahun 2022 dengan optimisme baru meski pergerakannya cukup bergelombang. Investor melihat Indonesia dapat mengelola libur panjang akhir tahun dengan baik dimana tingkat kasus positif harian yang rendah. Selain itu, pada awal tahun pemerintah pusat mendorong agenda nasional yang menjadi prioritas pada periode kedua pemerintahan seperti kebijakan ekspor pertambangan dengan nilai tambah tinggi dan proyek ibu kota baru. Agenda-agenda tersebut dapat menjadi pendorong baru dalam perekonomian Indonesia. Dengan memiliki lebih banyak barang ekspor yang bernilai tambah, Indonesia akan memainkan peran yang lebih besar di seluruh dunia dan lebih banyak investasi akan masuk ke ekonomi domestik. Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan IV tahun 2021 menunjukkan investasi bertumbuh hampir seperti masa sebelum pandemi. Tren aliran masuk investasi langsung menurut kami masih akan berlanjut pada 2022. Sementara proyek ibukota baru merupakan proyek yang diperhatikan oleh banyak pihak baik dalam dan luar negeri. Kami melihat saham – saham dapat bergerak sesuai ekspektasi baru melalui berbagai proyek maupun inisiatif yang diusahakan oleh pemerintah.

Memasuki 2022 dengan kondisi normalisasi moneter global bisa menjadi hal yang cukup menantang bagi kelas aset pendapatan tetap. Perubahan kebijakan global memberikan tekanan pada pasar saham dan obligasi secara global. Yield dari Treasury AS 10-tahun meningkat dari 1,55% menjadi 1,85%, yield dari INDOGB 10-tahun cukup stabil sepanjang bulan Januari di kisaran 6,3% – 6,4%. Kami melihat pasar global sudah memperhitungkan suku bunga acuan akan naik sampai 5 kali pada tahun ini. Namun, kenaikan suku bunga bisa lebih banyak bila inflasi berlanjut melewati perkiraan pasar yang akan mencapai pada kuartal pertama tahun 2022. Selama bulan Januari Rupiah relatif stabil dan tidak ada outflow yang signifikan karena sudah terjadi di akhir tahun 2021.

 

Topic of discussion

  • Inflasi masuk area yang diharapkan
  • Awal yang baik untuk PMI Manufacturing dan IKK.
  • Nominal nilai ekspor dan impor di Januari 2022 berada pada posisi lebih tinggi dibandingkan posisi Januari tahun sebelumnya.
  • Perubahan Kebijakan Akan Dimulai Namun Tetap Akomodatif.
  • Penjualan mobil dan motor di awal 2022 berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

 

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MGSED -17,6% -17,8%
MITRA +12,3% +2,6%
Pendapatan Tetap
MIDU +1,67% +0,14%

 

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Januari 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya

 


Info lebih lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *