Rocky Flow (Global Equity Market)
Pasar ekuitas global melanjutkan koreksi pada Oktober 2023 setelah yield obligasi melonjak naik. Pasar telah mengantisipasi inflasi AS yang lebih tinggi akibat ekonomi yang bertahan dengan baik dan harga BBM yang lebih tinggi. Investor melihat bahwa kebijakan moneter “higher for longer” dapat mengubah terminal rate menjadi berbeda dari yang diharapkan sebelumnya, dengan mengubah asumsi kapan kenaikan suku bunga terakhir dan berapa lama suku bunga tetap tinggi. Selain itu, yield yang lebih tinggi juga didorong oleh penerbitan obligasi yang tinggi sehingga investor menuntut yield yang lebih tinggi untuk mengimbangi risiko. Dua pembeli utama Surat Utang AS, China dan Jepang, kemungkinan menurunkan kepemilikan surat utang tersebut karena arus masuk kembali ke negara mereka sendiri. Penyesuaian ini membuat yield Surat Utang AS lebih tinggi yang membuat dana investor kembali ke AS sehingga Dolar AS menjadi lebih kuat dan yield di seluruh dunia lebih tinggi.
Jika yield obligasi masih tinggi dan terdapat ketidakpastian dalam menentukan terminal rate, pasar saham global sepertinya sulit untuk berkinerja positif. Sebagian besar aliran dana global akan mengurangi aset berisiko seperti saham dan bergeser ke kelas aset obligasi karena kedua aset tersebut memiliki korelasi negatif. Volatilitas di pasar saham saat ini sangat tinggi sehingga strategi RD global kami adalah mengurangi tracking error serta melakukan diversifikasi yang lebih luas secara wilayah dan sektor. Kami berpikir bahwa hal tersebut dilakukan untuk meredakan risiko koreksi sambil mencari perusahaan-perusahaan yang berperforma baik dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif saat ini.
Global Factors (Domestic Equity Market)
Pasar saham domestik mengalami koreksi akibat pelemahan nilai tukar Rupiah, yield obligasi yang lebih tinggi, dan koreksi saham global. Dolar AS menguat dipengaruhi oleh ekonomi AS yang bertahan dengan baik sehingga dapat mengancam tren inflasi yang menurun seperti yang terjadi saat ini. Selain itu, harga BBM yang lebih tinggi memberikan tantangan lain bagi The Fed untuk mencapai inflasi yang diharapkan di kisaran 2%. Investor berpikir bahwa kebijakan moneter “higher for longer” dapat mengubah terminal rate menjadi berbeda dari yang diharapkan sebelumnya, sehingga mengubah asumsi kapan kenaikan suku bunga terakhir serta berapa lama suku bunga tetap tinggi. Selain itu, yield yang lebih tinggi juga didorong oleh pasokan obligasi yang masih tinggi sehingga investor menuntut yield yang lebih tinggi untuk mengimbangi risiko. Yield obligasi yang lebih tinggi dan terminal rate memengaruhi tingkat diskonto dalam proses valuasi saham, termasuk saham Indonesia. Namun secara umum, kami tidak melihat adanya perubahan fundamental di pasar domestik. Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00% guna menstabilkan nilai tukar. Inflasi tetap rendah sehingga BI dapat fokus pada stabilitas nilai tukar yang sangat penting bagi ekonomi dalam negeri. Kami melihat Pemerintah Indonesia mulai memberikan lebih banyak subsidi dan insentif kepada ekonomi seperti subsidi beras, distribusi dana tunai, dan insentif pajak untuk properti. Beberapa perusahaan telah merilis laporan keuangan 3Q23 di mana hanya sedikit perusahaan yang mampu berkinerja di atas perkiraan. Meskipun begitu, kami tetap berpikir bahwa saham domestik dapat berkinerja lebih baik pada kuartal terakhir tahun 2023 mengingat koreksi pasar ekuitas saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor global.
Rekomendasi Produk
PRODUK | |
---|---|
MGSED A | Reksa Dana MGSED berinvestasi pada Efek Ekuitas Syariah Luar Negeri di dalam Daftar Efek Syariah. Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut. |
MITRA A | Reksa Dana MITRA berinvestasi pada saham domestik mayoritas saham Big Cap. Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut. |
MICB A | Reksa Dana Mandiri Investa Cerdas Bangsa berinvestasi mayoritas pada saham yang termasuk dalam indeks LQ45. Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut. |
FTSEESG A | Reksa Dana Indeks FTSEESG berinvestasi mayoritas pada saham yang terdapat di dalam Indeks FTSE Indonesia ESG. Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut. |
XMLF | Reksa Dana ETF Mandiri ETF LQ45 berinvestasi pada saham-saham blue chip yang terdapat di dalam Indeks LQ45. Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut. |
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Written by
Tinggalkan Balasan