Equity Market Commentary : September 2021

  • icon-jam3 years ago
  • icon-share
    Shares

Equity Market Commentary : September 2021

Wait and See (Global Equity Market)

Di bulan September, pasar global lebih wait and see perkembangan ekonomi US dan kebijakan China. Inflasi US menurun pertama kali di tahun 2021, dimana inflasi Agustus turun tipis 5,3% dari 5,4% di Juni dan Juli. Tingkat pengangguran US membukukan angka terendah tahun ini di 5,2% pada bulan Agustus, namun non – farm payroll masih belum sebaik yang diperkirakan.  Stimulus ekonomi US yang didistribusikan sejak Maret telah berakhir pada September. Sementara, Kongres US masih mendiskusikan rancangan undang – undang (RUU) infrastruktur dan paket anggaran USD 3,5 triliun. RUU tersebut akan mendorong perekonomian US di 2022 dan pada akhir perekonomian dunia.

Pada sisi lain, developer properti di China yang memiliki pinjaman terbesar di dunia sedang berada pada ambang kebangkrutan.   Permasalahan tersebut bergema di seluruh sektor properti China dan dunia, hal tersebut sekaligus mengungkapkan alasan mengapa suku bunga jangka panjang sepertinya tidak akan naik terlalu jauh di mana ekonomi global berhutang banyak. Meskipun demikian, beberapa tahun kedepan para analis memperkirakan perlambatan di china akan lebih pelan dibandingkan perkiraan sebelumnya dengan pertimbangan tingkat pinjaman yang tinggi, berkat kebangkitan sektor teknologi. Ekonomi baru yang dipimpin oleh perusahaan teknologi di sektor swasta, bertumbuh sangat luar biasa. Sektor teknologi saat ini menyumbang 40% ke ekonomi China, naik dari 20% pada tahun 2016.

Untuk sementara waktu, kami mengurangi porsi saham di China dan mengalokasikan ke wilayah lain dimana kebijakan lebih kondusif. Kami tentu akan kembali meningkatkan porsi saham China bila kondisi sudah lebih mendukung.

 

Steady Basic to Perform (Domestic Equity Market)

Banyak data domestik yang menunjukan kondisi yang membaik dimana Indonesia memiliki pondasi yang kuat untuk kembali bertumbuh. Kita dapat memahami bahwa karena PPKM, PMI Manufacturing dan Indeks Keyakinan Konsumen turun.  Melihat ke sisi yang lebih positif, neraca perdagangan bulan Agustus membukukan rekor tertinggi sejak 2006 pada USD 4,7 milyar, dengan nilai expor naik 64% YoY. Cadangan devisa juga membukukan rekor tertinggi setidaknya untuk lima tahun terakhir USD 144 milyar. Penjualan mobil masih tumbuh 123% YoY dan volume jalan tol sudah hampir balik ke level sebelum pandemi. Mandiri Spending Index menambah katalis domestik dimana baik indeks nilai belanja sudah balik ke kondisi sebelum pandemi sedangkan indeks frekuensi belanja bertumbuh kuat.

Pendapatan fiskal melanjutkan pertumbuhan mencapai 14% YoY selama 8 bulan 2021 (vs target 2021 tumbuh 7%) dari sebelumnya 9% YoY di semester pertama yang didukung oleh ekonomi domestic dan global. Di sisi lain, pengeluaran fiskal melambat ke 1,5% YoY di 8M21 dibandingkan 9,4% YoY di semester pertama. Selain itu, dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) hanya mencapai 53% per 17 September 2021 dari total Rp 744,75 triliun. Kementerian Keuangan memperkirakan bahwa pertumbuhan GDP 3Q21 mampu mencapai 4% – 5% meskipun PPKM diterapkan hampir di semua kota di Indonesia. Sampai dengan akhir September, Indonesia telah mencapai kemajuan pada semua indikator pandemi seperti tingkat vaksinasi dosis pertama mencapai 42% (dosis kedua 23%), BOR turun ke 9% dan angka posituf harian bergerak di kisaran 2000 kasus/hari.

Kedepannya, pemerintah masih memiliki banyak sumber daya untuk mendukung pertumbuhan di kuartal keempat melalui pengeluaran fiskal dan kebijakan PPKM yang lebih longgar. Perusahaan mulai menaikan harga jual dimana hal tersebut akan menaikan margin keuntungan. Dengan demikian, valuasi saham akan lebih atraktif dan para investor memiliki alasan untuk memiliki saham Indonesia.

 

Rekomendasi Produk

PRODUK
MGSED Reksa Dana MGSED berinvestasi pada Efek Ekuitas Syariah Luar Negeri di dalam Daftar Efek Syariah.
Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut.
ASEAN5 Reksa Dana ASEAN5 berinvestasi pada Efek Ekuitas Domestik dan Luar Negeri.
Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut.
MICB Reksa Dana MICB berinvestasi pada saham domestik Mayoritas mengikuti LQ45 Denominasi Rupiah.
Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut.
MITRA Reksa Dana MITRA berinvestasi pada saham domestik mayoritas saham Big Cap.
Dengan segmen Jangka Panjang, dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas portofolio saham tersebut.

 


Info lebih lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *