Monthly Macro Review : Early Warm-Up

  • icon-jam1 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : Early Warm-Up

Indonesia memulai tahun 2023 dengan semangat baru. Presiden telah menghapus peraturan PPKM sebagai penanda peralihan dari akhir masa pandemi yang telah berlangsung hampir 3 tahun. Perbedaan kondisi setelah kebijakan tersebut dicabut cukup nyata terasa di masyarakat sehingga aktifitas masyarakat terus meningkat. Kondisi ini terus diikuti oleh inflasi yang semakin turun, PMI manufaktur yang meningkat, keyakinan konsumen yang naik dan nilai tukar Rupiah yang menguat. Awal tahun ini pula, IMF melakukan revisi pertumbuhan dunia menjadi lebih baik di mana kemungkinan besar banyak negara akan terhindar dari resesi. Kami melihat kondisi awal tahun 2023 sebagai pemanasan awal mesin ekonomi yang akan semakin baik menjelang bulan berikutnya.

Overview

Kondisi global saat ini kondusif karena inflasi terlihat sudah bergerak sesuai harapan dengan adanya penurunan secara bertahap. Hal tersebut merupakan salah satu hasil dari kebijakan moneter yang mengetat di berbagai negara. Selain itu, faktor cuaca ternyata sangat mempengaruhi harga energi. Musim dingin di wilayah utara ternyata tidak terlalu dingin sehingga inventori yang telah disiapkan belum dipergunakan secara maksimal akibatnya harga energi seperti gas dan batu bara turun. Meskipun demikian, berbeda dengan inflasi, tingkat tenaga kerja di AS justru menguat sehingga permintaan akan barang dan jasa masih dapat terus terjaga. Dari data tersebut maka bank sentral AS The Fed tentu tidak akan gegabah mengubah alur kebijakan moneter sampai target kestabilan ekonomi tercapai. Namun kami tidak melihat The Fed masih akan menaikkan lebih banyak dari 50 bps dan mungkin hanya berkisar 5,00% – 5,25% dari saat ini yang berada pada level 4,75%. Narasi pasar akan berubah bila puncak suku bunga acuan tercapai yaitu akan bertahan berapa lama The Fed rate sampai akhirnya terjadi pemotongan.

Indonesia mencatatkan balance of payment surplus sebesar USD 4,7bn di 4Q22 dari sebelumnya defisit USD 1.3 miliar di 3Q22. Peningkatan tersebut berkat current account surplus USD 4,3 miliar di 4Q22 (vs surplus USD 4,5 miliar di 3Q22) dan financial account defisit yang mengecil menjadi USD 0,5 miliar di 4Q22 (vs defisit USD 5,5 miliar di 3Q22). Posisi Current Account di kuartal terakhir 2022 yang masih sangat kuat karena nilai impor yang menurun dimana banyak perusahaan sudah melakukan front loading inventori pada periode awal dan mengantisipasi kenaikan harga barang. Sementara nilai ekspor meskipun masih menurun namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai impor sehingga trade balance masih tercatat surplus. Dengan current account surplus 1.30% terhadap PDB pada kuartal ke empat 2022, maka current account secara keseluruhan pada 2022 menjadi surplus 1,00% terhadap PDB dan bila dibandingkan pada tahun 2021 berada pada surplus 0,30% dan 2020 masih defisit 0,42% terhadap PDB.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ke empat 2022 mencapai 5,01% yoy atau 0,36% qoq. Pertumbuhan 4Q22 membawa pertumbuhan tahun 2022 menjadi 5,31% yoy secara keseluruhan. Pencapaian pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2013 pada 5,56% yoy. Kunci dari pertumbuhan di kuartal terakhir 2022 terlihat pada kebijakan fiskal yang tepat, mobilitas yang semakin pulih, stabilitas daya beli masyarakat terus terjaga dan aktifitas produksi semakin ekspansif. Pemerintah bergerak cepat dengan penyaluran perlindungan sosial tambahan melalui BLT BBM, Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan dukungan APBD. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan realisasi subsidi energi. Mobilitas masyarakat terlihat meningkat dengan jumlah penumpang yang meningkat di seluruh moda transportasi, kunjungan wisatawan mancanegara naik, rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang meningkat, dan dibukanya kembali seluruh

bandara internasional untuk event serta perlonggaran aktivitas pada saat hari raya keagamaan. Usaha yang dilakukan Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat Indonesia terefleksi pada berbagai data ekonomi yang terus membaik seperti inflasi yang terkendali, penjualan motor dan mobil yang meningkat, nilai transaksi uang elektronik, kartu kredit dan kredit yang terus bertumbuh serta penerimaan pajak penghasilan (PPh Pasal 21) yang terus meningkat. Indikator kenaikan lainnya terlihat dari PMI Manufacturing yang masih ekspansif, impor bahan baku dan barang modal yang naik siginifkan, penjualan listrik meningkat dan kapasitas produksi terpakai dari industri pengolahan meningkat.

Optimisme kembali hadir di pasar saham Indonesia. Awal Januari 2023, IHSG berada di bawah tekanan di mana aliran dana global mengalir ke China, termasuk yang berada di Indonesia, karena pemerintah China menghapus kebijakan zero-Covid pada akhir tahun 2022 dan memberikan lebih banyak kemudahan bagi perekonomian secara umum. Di akhir bulan, IHSG pulih karena pertumbuhan negara emerging market (EM) diyakini dapat membaik karena The Fed diperkirakan akan mencapai puncak suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Dengan demikian, nilai tukar di EM diperkirakan akan terapresiasi terhadap USD, termasuk Rupiah. Dengan memiliki nilai tukar yang lebih kuat dan stabil, investor global lebih yakin akan kesinambungan pertumbuhan. Selain itu terdapat berita positif lainnya dimana IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan global karena China kembali membuka perekonomiannya dan turunnya harga gas.

IMF menyatakan 2023 dapat menjadi titik balik, dengan kondisi ekonomi membaik di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, IMF juga menyatakan bahwa resesi global sepertinya tidak akan terjadi. Kami pikir ini dapat berdampak positif bagi banyak negara termasuk Indonesia melalui lebih banyak permintaan dan output barang dan jasa.

Kelas aset pendapatan tetap melanjutkan pergerakan positif di tengah kenaikan suku bunga acuan. Hal ini terjadi karena meskipun suku bunga acuan terus meningkat dengan tujuan menekan inflasi, namun kenaikan suku bunga ke depan akan lebih rendah dan akan segera mencapai puncaknya. Inflasi global telah melambat ke arah yang diharapkan. Namun, kami melihat tantangan ekonomi masih kuat di mana kondisi ketenagakerjaan di AS masih kuat karena tingkat pengangguran stabil di level yang rendah dan non-farm payroll jauh lebih tinggi dari yang diharapkan pada Januari 2023. Hal ini dapat menciptakan volatilitas di pasar obligasi karena sikap TheFed saat ini all out untuk melawan inflasi termasuk inflasi pada sektor jasa yang disebabkan oleh penyerapan lapangan kerja yang masih kuat. Yield dari INDOGB stabil di level yang lebih rendah pada Januari 2023 karena dua alasan, nilai tukar yang kuat dan tren surplus neraca perdagangan yang solid. Rupiah bisa menguat hingga di bawah Rp 15.000 per USD – dalam jangka pendek – yang merupakan tanda arus masuk dana asing dan fundamental ekonomi dalam kondisi yang baik.

Topic of discussion

  • Mengawali tahun dengan inflasi yang menurun.
  • PMI Manufacturing menguat di awal tahun.
  • Trade balance surplus masih berlanjut.
  • Sesuai harapan, suku bunga acuan naik dengan tingkat yang lebih rendah.
  • Penjualan kendaraan di awal 2023 cukup baik.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi.

Rekomendasi Produk

Saham

Index

  • FTSE Indonesia ESG
    Saham domestik, Denominasi Rupiah, Berorientasi ESG, dan Pengelolaan pasif

Pendapatan Tetap

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MITRA -0,7% +1,7%
MGSED +5,5% +5,7%
Index
FTSE -2,2% -0,3%
Pendapatan Tetap
MIDU +1,26% +0,08%

*Data diatas adalah data per tanggal 3 Maret 2023

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Januari 2023 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *