Quarterly Report : Q2 2024

  • icon-jam29 Juli 2024
  • icon-share
    Shares

Quarterly Report : Q2 2024

Perkembangan Kondisi Ekonomi

 

Tekanan besar pada pasar modal selama kuartal kedua 2024 akhirnya mulai berbalik arah di bulan Juni. Dimulai dari nilai tukar Rupiah yang akhirnya stabil di kisaran Rp 16.200 – Rp 16.300 per USD setelah sebelumnya melemah karena ekonomi AS yang kuat, kemudian komitmen pemerintahan terpilih untuk terus menjalankan kebijakan anggaran yang prudent membuat aksi jual investor mereda, serta peraturan pembatasan perdagangan saham – saham tertentu kembali ditinjau dan direvisi oleh Bursa Efek Indonesia membuat transaksi kembali bergairah. Dilanjutkan dengan kabar fundamental yang membaik dari sektor perbankan, konsumer dan infrastruktur membuat valuasi saham yang terkoreksi menjadi menarik untuk dimiliki kembali. Dan terakhir kemungkinan penggunaan SAL (Saldo Anggaran Lebih) yang lebih besar dapat membuat supply risk menjadi lebih kecil. Kondisi pasar saham dan obligasi yang terkoreksi seperti “diskon besar” atau “Great Sale” yang sedang berlangsung di pusat pembelanjaan pada pertengahan tahun karena pada dasarnya kondisi ekonomi secara umum pada keadaan yang cukup stabil.

 

Global : Higher for longer

 

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan global akan stabil pada 2,6% pada tahun 2024, dengan sedikit peningkatan menjadi 2,7% pada tahun 2025-2026. Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 3,1% yang dialami dalam dekade sebelum pandemi. Ekonomi berkembang diperkirakan akan tumbuh rata-rata 4% pada tahun 2024-2025, sedikit lebih lambat dibandingkan tahun 2023. Di negara-negara maju, pertumbuhan diperkirakan tetap stabil pada 1,5% pada tahun 2024, sebelum naik menjadi 1,7% pada tahun 2025. Inflasi global diperkirakan akan moderat menjadi 3,5% pada tahun 2024 dan 2,9% pada tahun 2025, meskipun laju penurunannya lebih lambat dibandingkan proyeksi enam bulan yang lalu. Akibatnya, banyak bank sentral diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga kebijakan. Suku bunga global kemungkinan akan tetap tinggi dibandingkan standar dekade terakhir, rata-rata sekitar 4% pada tahun 2025-2026, kira-kira dua kali lipat rata-rata tahun 2000-2019.

Peta ekonomi global pada kuartal kedua 2024 menunjukkan hasil yang beragam. Ekonomi utama menunjukkan trajektori pertumbuhan yang berbeda-beda, dengan beberapa wilayah menikmati ekspansi ekonomi yang kuat sementara yang lain berjuang dengan stagnasi atau kontraksi. Amerika Serikat terus menunjukkan fundamental ekonomi yang kuat, didukung oleh belanja konsumen dan inovasi teknologi. Sebaliknya, sebagian wilayah Eropa menghadapi perlambatan ekonomi, diperburuk oleh ketidakpastian politik dan dampak berkepanjangan dari gangguan perdagangan. Ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor penting, terutama di wilayah Eropa Timur dan Asia Timur. Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok berada di bawah pengawasan ketat, dengan negosiasi baru dan tarif yang mempengaruhi stabilitas pasar. Bank sentral memainkan peran penting dalam membentuk dinamika pasar. Federal Reserve menjaga sikap hati-hati, menyeimbangkan antara mengendalikan inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) menghadapi  tekanan untuk menerapkan langkah-langkah stimulus guna mengatasi kinerja ekonomi yang lesu. Sementara itu, bank sentral di pasar berkembang bergulat dengan volatilitas mata uang dan tekanan inflasi, mempengaruhi keputusan kebijakan moneter mereka.

 

Domestik : Stability in Focus

 

Dinamika ekspektasi periode suku bunga tinggi dari Federal Reserve menyebabkan mata uang negara lain melemah terhadap Dolar AS, termasuk Rupiah Indonesia. Bank Indonesia mengambil tindakan cepat dengan menggunakan berbagai instrumen, termasuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Hasilnya nilai tukar Rupiah stabil pada kisaran Rp 16.200 per US Dollar. Kebijakan pre-emptive dan forward looking dari Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi. Selain itu, pasar khawatir tentang kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintah yang akan datang, yang dapat meningkatkan rasio utang dan memperlebar defisit anggaran. Namun, Menteri keuangan Keuangan saat ini bersama dengan pemerintah terpilih telah memberikan komitmen bahwa rasio utang dan anggaran negara akan tetap terukur dan prudent.

Pertumbuhan PDB kuartal pertama 2024 tercatat 5,11% yoy (-0,83% mom) yang ditopang dari konsumsi pemerintah yang tumbuh 19,9% yoy dan konsumsi masyarakat yang naik 4,91% yoy. Tingginya konsumsi pemerintah didorong oleh kegiatan pemilihan umum serta momen Ramadan. Secara sektoral pertumbuhan tinggi terjadi pada sektor tambang dan kesehatan. Tingkat pengangguran kembali ke tingkat pra-pandemi di 4,8% di Februari 2024, turun dari 5,3% di Agusutus 2024. Penyerapan tenaga kerja terjadi pada industri perhotelan, restoran, distribusi perdagangan serta pegawai pemerintahaan.

 

 

Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal kedua 2024 dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dan juga untuk mempersiapkan rencana investasi di kuartal ketiga 2024, investor dapat membaca disini:

Baca Selengkapnya

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *