Perkembangan Kondisi Ekonomi
Memasuki semester kedua 2022, banyak kekhawatiran yang terlintas karena kenaikan inflasi di seluruh dunia. Kondisi tersebut tentu disambut dengan perubahan kebijakan moneter yang juga terjadi di berbagai negara. Di satu sisi, pengetatan kebijakan sudah sesuai dalam menghadapi tingginya permintaan dalam perekonomian. Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan yang terlalu cepat akan membuat ekonomi lebih cepat melambat bahkan menuju resesi. Inflasi yang tetap tinggi disebabkan selain kuatnya tingkat tenaga kerja, juga disebabkan oleh harga energi yang terus menyesuaikan karena dinamika geopolitik dan iklim. Geliat perekonomian Indonesia justru terus menguat di tengah ekonomi global yang semakin tidak menentu. Bahkan ketika Pemerintah terpaksa menaikan BBM dan Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan, kondisi ekonomi dalam negeri tetap kondusif.
Jurus Jitu Menghadapi Inflasi
Ekonomi negara besar saat ini sedang diuji dengan inflasi tinggi yang masih alot. Inflasi yang tinggi tersebut sebenarnya dapat diartikan bahwa ekonomi saat ini masih cukup kuat karena besarnya permintaan yang besar sehingga membuat harga dalam fungsi persamaan demand – supply bergeser naik. Permintaan meningkat karena tingkat tenaga kerja yang masih sangat kuat sehingga dimana masyarakat mulai mencari perkerjaan seiring dengan menurunnya subsidi – subsidi pemerintahannya di jaman pandemi serta makin banyak lowongan yang dibuka karena masa pandemi semakin menuju akhir. Namun kondisi kuatnya permintaan tidak akan berlangsung selamanya karena bank sentral terus menaikan suku bunga acuan agar harga tidak terus meningkat. Bila tingkat tenaga kerja adalah fungsi dari permintaan maka perhatian terhadap kondisi tenaga kerja cukup penting. Namun permasalahannya adalah tingkat tenaga kerja merupakan lagging indicator dalam perekonomian sehingga bila kenaikan suku bunga teralu cepat dan besar, maka ekonomi akan melambat lebih cepat. Maka dari itu, bank sentral sangat berhati – hati dalam menentukan kebijakan agar kapal pertumbuhan ekonomi dapat berlayar lebih jauh.
Pada kuartal ketiga 2022, The Fed telah menaikan 150 bps Fed rate (masing – masing 75 bps pada bulan Juli dan September). Kenaikan di kuartal ketiga lebih tinggi dibandingkan kuartal kedua 2022 sebesar 125 bps. Keputusan tersebut menunjukan keseriusan The Fed mengatasi inflasi yang sempat mencapai puncak 9,1% di Juni 2022. Pada kuartal ketiga, tekanan harga minyak mulai memudar dari level USD 100/barrel mencapai USD 78/barrel pada akhir September 2022. Namun, tekanan harga gas dan batu bara tetap tinggi. Harga gas naik signifikan mencapai puncak di atas USD 9/MMBtu di bulan Agustus dari permulaan kuartal ketiga di kisaran USD 5/MMBtu. Kenaikan harga gas dipicu oleh kondisi geopolitik serta perubahan cuaca yang mengakibatkan kekeringan sehingga membuat banyak negara berpacu mengamankan pasokan energi terutama menghadapi musim dingin. Tingginya harga gas membuat harga batu bara ikut terjaga di harga tinggi pada kisaran USD 360 – 460/ton. Pengaruh harga energi yang masih tinggi membuat inflasi harga pada umumnya masih tetap tinggi. Namun, pasar global memperkirakan bahwa akan terjadi normalisasi inflasi kedepannya mengingat ekonomi global telah melawati masa terbaik pada siklus ekonomi kali ini. Investor global berharap bahwa The Fed akan memberikan tanda – tanda perubahan arah kebijakan. Namun, the Fed mengisyaratkan bahwa perubahan kebijakan yang ketat tidak akan cepat berubah. Bahkan the Fed menyatakan siap untuk menerima kenyataan bahwa ekonomi AS akan berada pada tekanan untuk jangka pendek demi kepentingan jangka panjang.
Daya Beli Terjaga, Kondisi Ekonomi Kondusif
Beralih ke ekonomi domestik, Indonesia juga mengalami tekanan inflasi yang cukup kuat dimana terjadi kenaikan dari rata – rata inflasi 3,8% di kuartal dua menjadi rata – rata inflasi 5,2% di kuartal tiga. Hal tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan Pemerintah karena beban anggaran yang terus meningkat. Penyesuaian tersebut dapat diterima oleh pelaku pasar secara keseluruhan karena Pemerintah mengalihfungsikan dana subsidi ke masyarakat yang lebih membutuhkan dibandingkan sebelumnya kepada masyarakat umum yang tidak tepat sasaran. Ada tiga jenis bantuan social yang disalurkan yakti BLT (Bantuan Langsung Tunai) BBM sebanyak Rp 150.000 per bulan selama 4 bulan terhitung sejak September 2022. BLT BBM akan diberikan ke 20,65 juta penerima dengan total anggara Rp12,4 triliun. Kemudian Bantuan subsidi upah (BSU) bernilai Rp 600.000 yang diberikan ke para pekerja dengan gaji maksimal Rp 3,5 juta per bulan. Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 9,6 triliun untuk disalurkan ke 16 juta pekerja. Serta bantuan angkutan umum yang akan diberikan ke angkutan umum, ojek online dan nelayan. Bantuan ini dialokasikan pemerintah daerah dengan memanfaatkan 2% dana transfer umum sebesar Rp 2,17 triliun.
Roda perekonomian terus berjalan meskipun adanya kenaikan harga energi. Salah satu hal yang menggembirakan adalah daya beli masyarakat masih tetap ada terutama masyarakat berpendapatan menengah dan tinggi. Penjualan mobil pada bulan kenaikan BBM justru mencapai angka mendekati 100 ribu unit pada September dan merupakan angka tertinggi sejak akhir 2018. Selain itu, penjualan motor juga berada di atas 500 ribu unit pada bulan September yang merupakan pencapain tinggi sejak masa pandemi. Pada perusahaan ritel masih dapat mencatatkan kestabilan SSSG (same store sales growth) di bulan September. Pada survey PMI Manufacturing, penyerapan tenaga kerja dan aktivitas pembelian terus meningkat. Kami melihat momentum kenaikan BBM di tengah akselerasi perekonomian cukup tepat.
Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal ketiga dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dapat dibaca disini:
Baca Selengkapnya
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Bagikan Ke :
Written by
Tinggalkan Balasan