Quarterly Report : Q3 2024

  • icon-jam30 Oktober 2024
  • icon-share
    Shares

Quarterly Report : Q3 2024

Perkembangan Kondisi Ekonomi

 

Kuartal ketiga 2024 telah menjadi titik balik perubahan kebijakan moneter global dari kebijakan yang ketat dalam mengatasi inflasi yang tinggi menjadi yang lebih longgar. Bank sentral yang menurunkan suku bunga adalah AS, EU, Inggris, China dan termasuk Indonesia. Kondisi ekonomi negara tersebut masing – masing berbeda namun satu kesamaan yaitu inflasi yang tinggi selama beberapa tahun telah teratasi dengan baik. Dengan perubahan kebijakan tersebut pasar saham telah mencetak rekor tinggi yang pernah ada, termasuk Indonesia. Pasar obligasi juga bergerak positif karena turunnya yield dari US Treasury 10–tahun serta menurunnya Dollar Index yang membuat US Dollar melemah terhadap mata uang global. Dengan menguatnya nilai tukar Rupiah dan menurunnya suku bunga acuan akan membuat ekonomi domestik lebih bergairah.

 

Global : Monetary Policies Adjustment

 

Ekonomi AS secara bertahap beralih ke situasi di mana Federal Reserve (The Fed) mendekati penurunan suku bunga. Meskipun pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari yang diharapkan pada kuartal kedua 2024, indikator  momentum ekonomi mulai melemah. Bank sentral AS memiliki tujuan untuk mencapai kondisi ekonomi “soft landing,” dengan menurunkan inflasi tanpa memicu resesi. Sejauh ini, strategi ini tampaknya berhasil, karena tekanan harga lewat data inflasi telah menurun tanpa menimbulkan peningkatan signifikan dalam pemutusan hubungan kerja atau pengangguran. Pemotongan suku bunga acuan AS akhirnya dilakukan pada bulan September 2024. Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 5,00%, sebuah langkah yang dianggap menguntungkan bagi perekonomian AS. Sebelumnya pasar ragu apakah Bank Sentral AS berani menurunkan lebih dari 25 bps mengingat resiko yang dapat terjadi jika inflasi kembali bergerak liar. Namun The Fed mempercepat penurunan suku bunga untuk memungkinkan perekonomian merasakan dampak penuh dari perubahan kebijakan moneter. Secara historis, penurunan suku bunga yang besar kadang-kadang menyebabkan resesi, namun kali ini diharapkan penurunan suku bunga akan membantu mengarahkan perekonomian AS yang melambat menuju soft landing, bukan resesi. Meskipun ekonomi AS melambat, perlambatan ini tidak dianggap mengkhawatirkan.

Jepang menambah lapisan kompleksitas lain pada pasar keuangan global dengan terus beralih dari kebijakan suku bunga negatif, sebuah proses yang dimulai pada bulan Maret 2024. Bank of Japan menaikkan suku bunga acuan untuk mengatasi inflasi yang terus berlangsung, mendorong banyak investor yang telah meminjam dari kreditor Jepang untuk berinvestasi dalam aset mata uang asing selama beberapa dekade, untuk mengembalikan pinjaman mereka.

Sementara itu, Bank Sentral China (PBoC) menerapkan stimulus moneter untuk mendukung perekonomian China. Bank sentral telah memperkenalkan program dana sebesar RMB 800 miliar (USD 114 miliar) yang ditujukan untuk mendongkrak pasar saham, dengan memberikan pinjaman kepada manajer investasi, perusahaan asuransi, sekuritas, dan perusahaan yang terdaftar di bursa saham untuk membeli kembali saham. Selain itu, PBoC juga memperkenalkan langkah-langkah seperti penurunan suku bunga acuan, suku bunga KPR, dan penurunanan nilai persyaratan uang muka KPR.

Eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah semakin meningkat setelah Israel melakukan serangan ke Palestina dan Lebanon, kemudian mendapatkan serangan balasan dari Iran. Kondisi hangat di Timur Tengah membuat volatilitas harga minyak meningkat. Kondisi perang yang baru saja dimulai sepertinya tidak akan berakhir dengan cepat mengingat banyak pihak yang berkepentingan yang ikut campur dalam konflik tersebut. Dengan demikian, fluktuasi harga energi dunia masih dapat mempengaruhi ekonomi global.

 

Domestik : New Government Budget

 

Pemerintah mengajukan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2025 pada dengan defisit Rp 616triliun atau 2,5% terhadap PDB, lebih kecil dari 2024 di 2,7%. Pertumbuhan PDB 2025 diharapkan naik menjadi 5,2% yoy, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 5,1% yoy tahun 2024. Belanja pemerintah naik 5,9% yoy di APBN 2025, relatif lebih rendah dari pertumbuhan 9,3% yoy tahun ini yang lebih disebabkan oleh pengurangan alokasi infrastruktur. Pemerintah mengalokasikan Rp 71 triliun untuk program makan gratis di pemerintahan baru yang alokasi pendanaan berasal dari realokasi sebagian anggaran di pos lain seperti pos pendidikan. Sementara pengeluaran sosial lain seperti PKH (Program Keluarga Harapan), dana desa dan bantuan pangan masih tetap stabil di Rp 153 triliun. Pemerintah masih mengalokasikan kenaikan alokasi subsidi energi (Rp 193 triliun di 2024 menjadi Rp 205 triliun di 2025) yang menandakan kemungkinan harga bensin bersubsidi akan tetap sama seperti tahun ini. Pemerintah optimistis pertumbuhan pendapatan naik 6,9% yoy di 2025, naik 0,7% dibandingkan 2024. Pendapatan tersebut didorong oleh harapan akan pendapatan pajak sebesar 12,3%, jauh lebih tinggi dari harapan kenaikan pendapatan tahun 2024 di 3%, yang didorong oleh implementasi sistem perpajakan baru. Jumlah penerbitan bersih obligasi pemerintah diperkirakan naik sebesar Rp 191 triliun menjadi Rp 643 triliun, di mana masih stabil di 39% terhadap PDB.

 

 

Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal ketiga 2024 dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dan juga untuk mempersiapkan rencana investasi di kuartal keempat 2024, investor dapat membaca disini:

Baca Selengkapnya

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *