Quarterly Report : Q2 2025

  • icon-jam11 July 2025
  • icon-share
    Shares

Quarterly Report : Q2 2025

Perkembangan Kondisi Ekonomi

 

Kuartal kedua 2025 ditandai oleh stabilisasi pasar obligasi dan penguatan pasar saham Indonesia, seiring meredanya ketegangan dagang AS–Tiongkok, membaiknya sentimen global, serta pelonggaran kebijakan domestik. Memasuki kuartal ketiga, dinamika baru muncul melalui disahkannya “One Big Beautiful Bill Act” (OBBBA) di AS yang berpotensi memicu inflasi, lonjakan yield obligasi global, dan rotasi aset ke saham dan emas. Meskipun tekanan eksternal meningkat, pasar modal Indonesia tetap didukung oleh likuiditas domestik yang kuat, pemangkasan suku bunga, disiplin fiskal, dan prospek sektor ekspor yang positif. Investor disarankan untuk tetap selektif, menekankan strategi diversifikasi lintas aset di tengah kebijakan global yang berubah cepat.

Kuartal kedua 2025 diawali dengan lonjakan tajam dalam ketegangan perdagangan global, dipicu oleh kebijakan tarif agresif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan mengguncang stabilitas ekonomi dunia. Pada awal April, pemerintahan Trump mengenakan tarif beragam terhadap negara mitra dagang berdasarkan besarnya defisit perdagangan masing-masing negara. Namun, implementasi kebijakan ini menghadapi tantangan serius karena kesiapan domestik yang belum matang. Mulai 10 April, AS secara resmi menerapkan tarif 10% atas seluruh impor selama 90 hari, kecuali China dan Hong Kong yang dikenai tarif balasan (reciprocal tariff) sebesar 125% dari tarif sebelumnya. Diterapkan di bawah deklarasi darurat nasional sebagai bagian dari strategi “reciprocal tariff” Presiden Trump, kebijakan ini mendorong tarif rata-rata AS ke level tertinggi dalam lebih dari satu abad. Walaupun sejumlah produk memperoleh pengecualian atau perlakuan khusus, pendekatan menyeluruh ini menandai pergeseran besar menuju arah proteksionisme global.

Sebagai balasan, Tiongkok merespons dengan langkah yang tegas pada 4 April, memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% terhadap seluruh barang impor dari AS, serta melakukan pembatasan ekspor atas komoditas penting seperti mineral rare earth. Tindakan lainnya mencakup pelarangan impor beberapa produk pertanian, pencantuman perusahaan AS dalam Daftar Entitas Tidak Dapat Dipercaya, serta peluncuran investigasi terhadap perusahaan-perusahaan Amerika. Secara total, tarif terhadap barang AS mencapai 125%. Ketidakpastian pasar semakin meningkat akibat memburuknya hubungan antara Presiden Trump dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Sementara Trump mendorong kebijakan inflasioner dan menekan The Fed untuk menurunkan suku bunga, Powell tetap pada pendiriannya mempertahankan target inflasi 2% dan menjaga stabilitas keuangan. Ketegangan ini, termasuk ancaman pemecatan terhadap Powell yang disampaikan di ruang publik, menekan kepercayaan investor dan memperburuk volatilitas pasar.

Namun pada bulan Mei, ketegangan mulai mereda. Amerika Serikat dan Tiongkok mencapai kesepakatan awal untuk menurunkan sebagian tarif atas berbagai barang industri dan konsumsi. Meski belum mencakup penghapusan penuh hambatan perdagangan, kesepakatan ini menjadi sinyal positif bagi pasar dan memberikan dorongan sentimen, khususnya bagi sektor teknologi dan industri yang sangat bergantung pada arus dagang AS-Tiongkok. Amerika Serikat juga berhasil merampungkan kesepakatan dagang terbatas dengan Inggris, menandai komitmen baru Washington dalam membangun kerja sama bilateral. Perundingan berlanjut hingga Juni, dengan kedua negara sepakat menurunkan sebagian tarif tambahan. Meskipun belum mencapai perjanjian final, langkah ini dinilai sebagai kemajuan nyata yang menghidupkan kembali kepercayaan dunia usaha dan memberikan dukungan kepada sektor manufaktur regional.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah mulai menunjukkan tanda-tanda mereda pada bulan Juni, seiring meningkatnya upaya diplomatik dan pembicaraan damai antara negara-negara kunci di kawasan. Kekhawatiran pasar sempat meningkat akibat lonjakan harga minyak, namun perkembangan positif dalam proses negosiasi berhasil menenangkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan jangka panjang. Meskipun ketidakpastian global masih tetap ada, perbaikan sentimen di pasar perdagangan dan penurunan risiko geopolitik memberikan ruang bernapas bagi negara-negara pengimpor energi seperti Indonesia, yang selama ini rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan ketegangan global.

 

Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal kedua 2025 dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dan juga untuk mempersiapkan rencana investasi di kuartal ketiga 2025, investor dapat membaca disini:

Baca Selengkapnya

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id


DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *