Highlight
Market:
- Minggu lalu merupakan great sale week di pasar modal dengan penurunan IHSG turun 2,4% wow menjadi 6,734 and LQ45 jatuh 4,30% wow ke 845. Sementara saham AS menguat besar seperti Nasdaq melejit 3,3% wow dan S&P 1,6% wow.
- Nilai tukar Rupiah tergerus ke Rp16.400 per USD dan yield IndoGB naik menembus 7.1% sedangkan US Treasury yield justru turun menjadi 4,2%.
- Alasan koreksi di pasar modal karena terdapat wacana meningkatkan rasio utang negara terhadap PDB menjadi 50% yang saat ini berada pada kisaran 40%. Wacana tersebut belum tentu benar dan masih jauh bila dapat terjadi. Menurut kami koreksi minggu lalu terlalu dalam dan perlu dipergunakan kesempatan tersebut. Terutama RD saham seperti RD MICB dan ASEAN5 serta Index FTSE ESG. Bagi investor yang ingin berlindung pada pasar uang, RD MIPU dan RD MMUSD berkinerja cukup baik dan bisa menjadi tempat berlindung untuk sementara.
Macro:
- Indonesia Indeks Keyakinan Konsumer May24 turun menjadi 125,2 (vs 127,7 di Apr24)
- Penjualan mobil domestik masih mengalami penurunan 13,3% yoy di May24 (vs -17,5% yoy di Apr24)
- Penjualan motor domestik tercatat penurunan 4,5% yoy di May24 (vs +18.3% yoy)
- Inflasi China May24 tercatat 0,3% yoy masih sama seperti sebelumnya.
- Inflasi CPI AS bulan May24 turun ke 3,3% yoy (vs 3,4% yoy di Apr24)
- Inflasi inti CPI AS bulan May24 tercatat 3,4% yoy (vs 3,6% yoy di Apr24)
- Inflasi PPI AS bulan May24 berada pada 2,2% yoy (vs 2,3% yoy di Apr24)
- Fed rate tetap bertahan di level 5,5%.
- BoJ menahan bunga acuan di 0,1%.
Picture of the week
Bank Indonesia semakin banyak menerbitkan SRBI. BI melihat transmisi dari suku bunga acuan BI Rate ke ekonomi berupa suku bunga bank (market rates) tidak bisa cepat sehingga BI meluncurkan SRBI. BI yakin SRBI tidak akan menyerap likuiditas namun membantu untuk menghindari “crowding out effect”. Suku bunga yang ditawarkan SRBI cukup menarik agar suku bunga bank dapat menyesuaikan serta atraktif untuk investor asing (Pic 1).
SRBI sendiri merupakan pro-market operation yang dipergunakan dalam kebijakan moneter saat ini (Pic 2) dan sampai saat ini masih diperuntukan kepada investor institusi. Minat SRBI cukup tinggi dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Produk Pasar Uang dari Mandiri Investasi ikut memiliki SRBI untuk mendukung kinerja RD pasar uang. Kami juga melihat pasar uang dalam Dollar AS cukup menarik dan dapat menjadi pilihan bagi investor. Kinerja RD MIPU dalam sebulan adalah 0,40% / bulan (net of tax), dan RD MMUSD sebesar 0,26% / bulan (net of tax).
PRODUK | 3M PERFORMANCE | YTD PERFORMANCE |
---|---|---|
JCI | -9,4% | -7,4% |
LQ45 | -16,4% | -12,9% |
Saham | ||
MITRA A | -13,6% | -10,0% |
MICB A | -13,6% | -10,5% |
ASEAN5 | -14,1% | -10,9% |
MGSED | +4,3% | +15,0% |
Indeks | ||
FTSE ESG A | -16,5% | -11,9% |
ETF | ||
XMLF | -14,6% | -10,6% |
Pendapatan Tetap | ||
MIDU | +0,16% | +0,94% |
MIDO2 | -0,79% | -0,43% |
IDAMAN | +0,38% | -1,52% |
*Data diatas adalah data per tanggal 14 Juni 2024
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana
Written by
Tinggalkan Balasan