Tekanan besar pada kondisi pasar modal selama kuartal 2 di 2024 akhirnya mulai berbalik arah di bulan Juni 2024.
Pergerakan saham AS berubah dari sebelumnya banyak terfokus pada saham big caps sekarang menuju saham small caps, terutama pada minggu lalu.
Pada Juni 2024, bank-bank menaikkan suku bunga deposito untuk mempertahankan dana pihak ketiga, sebagai tanggapan terhadap kenaikan suku bunga BI.
Imbal hasil Obligasi Pemerintah AS menguat, didorong oleh inflasi yang lebih rendah dan data pasar kerja yang lebih lemah.
Tantangan terbesar pada Juni 2024 adalah tekanan pada nilai tukar. Depresiasi Rupiah disebabkan oleh suku bunga Fed yang tetap tinggi.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan global akan stabil pada 2,6% tahun 2024, dengan sedikit peningkatan menjadi 2,7% tahun 2025-2026.
Berdasarkan Mandiri Spending Index (MSI), belanja masyarakat sampai pada akhir Juni 2024 cenderung stagnan.
Anggaran fiskal memperlihatkan pemerintah tetap melakukan spending besar yang bisa berdampak positif terhadap ekonomi secara luar.
Musim Great Sale di pasar modal terjadi berbarengan dengan musim sale di pusat perbelanjaan. Baik di pasar obligasi maupun di pasar saham.
Mei 2024 lebih tenang dibanding bulan sebelumnya yang sangat khawatir tentang geopolitik Timur Tengah, inflasi AS, dan nilai tukar.