Ekonomi domestik di Agustus menunjukkan dinamika positif, tercermin pada stabilitas nilai tukar Rupiah berkat kebijakan fiskal dan moneter.
The Fed mempertahankan suku bunga pada 5,50%, dengan pemotongan di 2024 dan 2025 yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.
Jika inflasi di AS lebih disebabkan oleh harga energi, inflasi di Indonesia lebih didorong oleh harga makanan terutama harga beras.
Minggu lalu market terkoreksi di pasar obligasi dan saham. Permasalahannya terletak pada kuatnya data sektor jasa dan naiknya harga minyak.
Pertumbuhan kredit kembali naik tipis pada Juli 2023 menjadi 8,5% yoy dari sebelumnya 7,7% yoy, yang menjadi indikitor ekonomi berkembang.
Pasar obligasi global mengalami kejutan pada bulan Agustus 2023 karena imbal hasil US Treasury melonjak di atas 4,2%
Pada Agustus 2023 pasar saham AS alami turbulensi dimana koreksi terjadi pada pertengahan bulan karena antisipasi kuatnya pasar tenaga kerja.
Pasar tenaga kerja AS terlihat melemah di Agustus 2023 sehingga harapan akan soft landing economy semakin besar.
Pasar Global mengkhawatirkan perekonomian dunia akan masuk ke resesi di tahun 2023 ketika kenaikan suku bunga di berbagai negara.
Indeks saham bergerak relatif flat, IHSG bergeser 0,5% WoW ke 6.895 dan LQ45 masih sama 956. IndoGb yield naik tipis 4 bps menjadi 6,53%.