Weekly Market Recap 8 – 11 April 2025

  • icon-jam15 April 2025
  • icon-share
    Shares

Weekly Market Recap 8 – 11 April 2025

Kinerja Pasar:

  • Indeks Utama: Saham AS mengalami salah satu minggu paling bergejolak setelah Tiongkok memberlakukan tarif balasan terhadap tarif resiprokal AS. Secara kinerja YTD, S&P telah turun 8,8% dan Nasdaq turun 13,4% dipicu oleh kekhawatiran resesi.
  • Indeks Domestik: IHSG sempat turun di bawah 6000 sebelum ditutup di 6262. Setelah libur panjang, saham domestik mengalami koreksi tajam, namun segera pulih karena harga saham sebelumnya sudah turun cukup jauh sebelum pengumuman tarif. Selain itu, pasar domestik telah memasuki musim dividen yang menjadi salah satu momen paling ditunggu tahun ini.

 

Pendorong Utama Pekan Ini:

  • Data Makroekonomi:
    • CPI AS tercatat 2,4% yoy (sebelumnya: 2,8% yoy, konsensus: 2,5%), sementara inflasi inti sebesar 2,8% yoy (sebelumnya: 3,1% yoy, konsensus: 3,0%). Pasar menantikan ekspektasi inflasi ke depan dari tarif Trump yang akan tercermin dalam data inflasi April.

    • Inflasi Tiongkok Mar’25 -0,1% yoy (sebelumnya: -0,7% yoy, konsensus: 0,1%). Sengketa perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS mengancam akan menekan harga lebih jauh.

    • Bank sentral India memangkas suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6% dan mengindikasikan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut untuk menjaga pertumbuhan di tengah ketidakpastian.

    • Inflasi Indonesia Mar’25 sebesar 2,48% yoy (sebelumnya: 2,48%; konsensus: 2,5%); menormalisasi setelah stimulus listrik pada Jan-Feb.

    • PMI Manufaktur Indonesia Mar’25 tercatat 52,4 (sebelumnya: 53,6). Masih kuat baik dari sisi output maupun pesanan baru.

    • Defisit anggaran Indonesia Mar’25 melebar menjadi 0,43% dari PDB (sebelumnya: 0,13%). Penerimaan pajak mencapai 17,2% dari target 2025 dan meningkat 28% MoM.

 

  • Peristiwa Geopolitik:
    • AS menerapkan skema “tarif resiprokal” kepada semua mitra dagangnya. Trump segera mencabut tarif untuk sebagian besar negara, tetapi mempertahankan tarif 145% terhadap Tiongkok. Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif 84% pada barang AS.

    • Tiongkok meluncurkan rencana untuk meningkatkan belanja terkait kesehatan, dengan target konsumsi makanan bergizi dan pengembangan industri pariwisata olahraga.

 

  • Sorotan Sektor:
    • Alfamart (AMRT) mengakuisisi jaringan Lawson dari Alfa Midi (MIDI) untuk meningkatkan profitabilitas MIDI. Nilai sektor supermarket dan minimarket Indonesia tumbuh 7,5% yoy pada FY24, menandakan perlambatan permintaan konsumen.

    • ANTM membukukan laba 2024 yang kuat didukung oleh bisnis perdagangan emas. Ini mengindikasikan tingginya permintaan emas dari konsumen ritel sebagai aset lindung nilai di masa ketidakpastian.

    • MSCI menyatakan bahwa saham Indonesia yang masuk dalam Unusual Market Activity karena volatilitas harga tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam indeks.

 

Sentimen Pasar:

  • VIX: melonjak di atas 50 sebelum turun ke 37 minggu lalu. Pasar global belum pasti atas implikasi tarif terutama karena Tiongkok juga membalas dengan tarif tinggi.

  • Pasar Obligasi: Imbal hasil UST turun menjadi 4,5%, sementara imbal hasil IndoGb turun menjadi 7,1% dengan volatilitas tinggi di pertengahan minggu.

  • DXY: saat ini di bawah 100, yaitu 99,7. Namun, Rupiah masih tertekan di Rp16.790 per USD.

 

Prospek Ke Depan:

  • Data dan Peristiwa Ekonomi yang Perlu Diperhatikan:
    • Respons lanjutan dari Tiongkok terhadap tarif AS dan stimulus domestik

    • Pengumuman keputusan MSCI terhadap grup Barito setelah mempertimbangkan umpan balik pasar, atau pada Sabtu pagi waktu Jakarta.

  • Acara Korporasi:

    • BMRI (tanggal cum: 11/4): IDR466,18 (Dividen yield: 9,8%)

    • BBNI (tanggal cum: 14/4): IDR374,06 (Dividen yield: 9,2%)

 

Ringkasan & Rekomendasi:

Drama tarif AS mendominasi pemberitaan di seluruh dunia. Presiden Trump akhirnya menunda tarif selama 90 hari dan tetap memberlakukan tarif terhadap Tiongkok. Namun, segala kemungkinan bisa terjadi yang membuat situasi ini tetap tidak pasti untuk sementara waktu. Meski begitu, kami merekomendasikan investor untuk mengambil horizon yang lebih panjang. Kami menilai aset dalam Dolar AS terlihat menarik.

 

Rekomendasi:

RD MGSED, RD MICB, RD Index FTSE ESG, RD IDAMAN, dan RD MMUSD.

 


 

PRODUK 3M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
JCI -11,7% -11,5%
LQ45 -13,9% -14,5%
Saham
MITRA A -13,0% -14,7%
MICB A -12,4% -13,8%
ASEAN5 -14,5% -16,2%
MGSED -10,0% -10,4%
Indeks
FTSE ESG A -11,3% -11,5%
ETF
XMLF -12,9% -13,5%
Campuran
MISB -2,48% -2,92%
MIA -7,60% -8,83%
Pendapatan Tetap
MIDU A +1,89% +1,76%
MIDO2 +1,42% +0,82%
IDAMAN -1,00% -1,72%
Pasar Uang
MIPU A +1,11% +1,24%
MMUSD +0,76% +0,85%

*Data diatas adalah data per tanggal 11 April 2025

 


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505 ‌
‌Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003‌
‌Email Mandiri Investasi – [email protected]
‌Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id‌‌


DISCLAIMER

‌Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *