Pada bulan Juli, pasar obligasi Indonesia melanjutkan tren bullish yang telah dimulai sejak April. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia (INDOGB) tenor 10 tahun turun dari penutupan bulan Juni di level 6,63% menjadi 6,57% pada akhir Juli. Tren bullish di pasar obligasi ini didukung oleh penurunan suku bunga BI pada 15 Juli, laju inflasi yang melambat, meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, membaiknya persepsi risiko terhadap Indonesia, serta likuiditas besar di pasar obligasi berdenominasi rupiah. Risiko penurunan berasal dari perkembangan tarif impor AS. Namun demikian, Indonesia terlihat semakin stabil dengan adanya kesepakatan tarif dengan AS, di mana tarif ditetapkan sebesar 19% dibandingkan sebelumnya yang sebesar 32%.
AS juga tampaknya mendorong pelemahan USD dan penguatan IDR, yang menyebabkan arah pergerakan mata uang domestik cenderung menguat atau mendatar, dengan kata lain, risiko penurunan nilai tukar lebih lanjut menjadi terbatas. Secara global, semakin banyak negara yang menyelesaikan kesepakatan dagangnya dengan AS, dan Trump juga tampak mulai melunak terhadap Tiongkok, yang memperkecil risiko terjadinya kembali perang dagang besar-besaran. Perbaikan dalam persepsi risiko ini tercermin dalam penurunan credit default swap (CDS) spread sepanjang Juli.
Likuiditas pasar juga berada dalam kondisi baik selama Juli, karena terdapat obligasi pemerintah yang jatuh tempo senilai lebih dari Rp150 triliun pada bulan Juni. Diharapkan akan ada likuiditas lebih tinggi lagi pada periode Agustus–Oktober, karena terdapat jadwal jatuh tempo obligasi pemerintah (govies) dengan total nilai lebih dari Rp70 triliun per bulan. Membaiknya persepsi risiko terhadap Indonesia juga terlihat dari penurunan premi risiko Indonesia dari 240 bps menjadi 219 bps, serta turunnya CDS 5-tahun dari 77,98 bps menjadi 72,45 bps. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s dari peringkat tertinggi menjadi AA+, serta kondisi makroekonomi Indonesia yang membaik, anggaran fiskal yang sehat, dan cadangan devisa Bank Indonesia yang kuat. Sebagai hasilnya, investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp13,28 triliun pada obligasi pemerintah selama Juli, sehingga secara total mencatatkan net buy sebesar Rp55,32 triliun sepanjang tahun 2025 hingga saat ini.
Rekomendasi Produk
REKSA DANA PENDAPATAN TETAP | |
---|---|
MIDU | Reksa Dana MIDU berinvestasi pada Instrumen Obligasi dengan segmen Jangka Menengah dan dikategorikan berisiko rendah – menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Obligasi tersebut. |
IDAMAN | Reksa Dana IDAMAN berinvestasi pada Obligasi Pemerintah Indonesia USD dengan durasi pendek dan dikategorikan berisiko menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Obligasi tersebut. |
MIDO2 | Reksa Dana MIDO2 berinvestasi pada Obligasi Pemerintah Indonesia Rupiah dengan durasi panjang dan dikategorikan berisiko tinggi. Investor memiliki risiko atas Portofolio Obligasi tersebut. |
REKSA DANA CAMPURAN | |
MIA | Reksa Dana Mandiri Investa Aktif berinvestasi pada Efek Saham, Obligasi dan Pasar Uang. Dengan segmen Jangka Menengah dan dikategorikan berisiko Menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Campuran tersebut. |
MISB | Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang berinvestasi pada efek Saham syariah, Sukuk dan Pasar Uang syariah. Dengan segmen Jangka Menengah dan dikategorikan berisiko Menengah. Investor memiliki risiko atas Portofolio Campuran tersebut. |
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Written by
Tinggalkan Balasan