Monthly Macro Review : A Homecoming Rally

  • icon-jam2 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : A Homecoming Rally

Indonesia mendapatkan angin positif dari beberapa kondisi perekonomian di bulan April. Selama satu bulan penuh masyarakat Indonesia bersiap menyambut Idul Fitri di awal bulan Mei. Pemerintah pada tahun ini sudah lebih siap untuk mengadakan mudik karena mayoritas masyarakat sudah mendapatkan vaksinasi Covid dan tingkat kasus per hari semakin menurun. Kondisi inflasi global yang semakin tinggi justru menjadi hal positif bagi ekonomi Indonesia dimana permintaan komoditas meningkat tajam sehingga ekspor Indonesia menjadi penopang stabilitas nilai tukar Rupiah yang sangat baik disaat ekonomi sedang dalam pertumbuhan. Selain itu, momentum kenaikan inflasi global membuat harga bahan baku ikut naik dan menjadi momentum bagi produsen untuk menaikan harga jual agar laba marjin dapa kembali normal seperti masa sebelum pandemi. Kondisi tersebut yang membuat kami melihat perekonomian Indonesia memiliki pondasi yang semakin kuat dan dapat bertahan.

 

Overview

Perhatian tertuju pada inflasi global terutama di negara Amerika Serikat. Jika kita memperhatikan inflasi Amerika Serikat bulan April, penurunan sudah terjadi meskipun belum menyeluruh ke semua sub-sektor. Harga makanan dan transportasi terus mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan harga energi yang sudah mulai turun meskipun masih tinggi. Melihat sisi lain, pasar tenaga kerja Amerika Serikat saat ini sedang sangat kuat sehingga diperkirakan kenaikan upah yang mendorong permintaan barang dan jasa masih dapat naik seperti yang sudah terjadi. Meskipun sepertinya sudah melewati puncak seperti yang diproyeksikan oleh beberapa ekonom, namun investor tetap mengharapkan the Fed untuk bertindak lebih banyak sehingga inflasi tidak memangkas daya beli yang sedang membaik. Namun the Fed bersikap hati – hati dalam perubahan kebijakannya agar perekonomian tidak mengalami penurunan tajam atau hard landing yang mengakibatkan ekonomi Amerika Serikat lebih cepat masuk dalam kondisi resesi. Keputusan the Fed untuk mengatasi inflasi sangat dinantikan oleh pasar global agar ada ketidakpastian dapat memudar. Namun keputusan tersebut harus menunggu perkembangan data – data perekonomian yang terus berjalan. Selain itu, the Fed juga memperhatikan tingkat utang pemerintah terhadap PDB yang terus naik sehingga akan sangat beresiko jika menaikan suku bunga acuan terlalu tinggi untuk menahan inflasi. Menurut kami inflasi akan kembali turun bila produsen telah dapat memaksimalkan kapasitas produksi sehingga mencukupi permintaan pasar. Cara memaksimalkan produksi adalah dengan memiliki supply chain yang lebih lancar dan efisien sehingga harga input dapat lebih rendah.

Selain itu, likuiditas yang berlebihan dapat ditarik dari perekonomian agar permintaan barang dapat lebih normal dan tidak berlebihan. Keadaan tersebut akan terjadi seiring berjalannya waktu sampai akhirnya menemukan keseimbangan baru.

Pertumbuhan PDB kuartal pertama tahun ini mencapai 5,01% yoy, hampir sama seperti 4Q21. Konsumsi dan net ekspor menjadi pendorong pertumbuhan menggantikan investasi yang masih moderat dan belanja pemerintah yang turun. Pertumbuhan konsumsi naik 4,3% yoy di 1Q22 dari 3,6% di 4Q21 meskipun pada 1Q22 terjadi gelombang Omicron. Net ekspor Indonesia masih bertumbuh kuat 22,04% yoy di 1Q22 meskipun melambat dari 4Q21 di 30,98% yoy. Investasi melambat ke 4,1% yoy 1Q22 dari 4,5% yoy 4Q21.Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada belanja pemerintah yang turun 7,7% yoy pada kuartal pertama dibandingkan pertumbuhan 5,2% yoy di 4Q21. Pertumbuhan PDB 1Q22 Indinesia seperti sudah kembali normal dengan rata – rata di 5%. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Maluku dan Papua sebesar 10,75% yoy, kemudian diikuti oleh Sulawesi 5,37% yoy dan Jawa 5,07% yoy. Sementara Sumatera tumbuh 4,03% yoy, Bali & Nusa Tenggara 3,42% yoy dan Kalimantan 3,21% yoy.

Indonesia kembali mencatatkan current account (transaksi berjalan) surplus USD 221 juta atau 0,1% terhadap PDB (vs USD 1,45 milyar atau 0,5% di 4Q21). Dengan demikian Indonesia sudah tiga kuartal berturut – turut mencatatkan surplus. Balance of payment (neraca pembayaran) Indonesia kembali tercatat defsit USD 1,8 milyar (vs defisit USD 0,8 milyar di 4Q21).

Hal itu disebabkan oleh surplus yang tipis pada current account namun defisit yang cukup dalam pada financial account. Defisit pada financial account terjadi USD 1,70 milyar pada 1Q22 (vs USD 2,25 milyar di 4Q21) terjadi karena beberapa faktor misalnya outflow dari penjualan bond pemerintah dan penurunan penerbitan obligasi global pemerintah Indonesia (Indonia) akibat kenaikan yield dari US Treasury. Secara umum menurut kami current account masih dapat surplus di kuartal kedua karena trade balance di bulan April cukup tinggi. Selain itu, Indonesia kembali membuka pintu ekspor CPO setelah sempat ditutup akibat kenaikan harga minyak goreng yang tajam. Kami melihat pelonggaran PPKM juga ikut membantu sektor pariwisata kembali bergairah sehingga pendapatan dari masuknya turis akan kembali meningkat.

Ekonomi Indonesia sedang dalam tahap pemulihan ekonomi yang besar tetapi tidak luput dari tantangan global saat ini. Inflasi global yang didorong oleh harga komoditas yang lebih tinggi jelas menguntungkan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Namun dengan harga energi yang tetap tinggi, ada kemungkinan pemerintah Indonesia akan menyesuaikan harga energi dalam negeri. Ke depan, tingkat inflasi domestik dapat meningkat lebih tinggi secara substansial karena beberapa alasan seperti pemulihan kegiatan ekonomi akan meningkatkan perputaran uang, pass-through kenaikan harga dari produsen ke konsumen, mengingat produsen sekarang menghadapi kenaikan harga input dan dampak kenaikan PPN.

Kami melihat inflasi kemungkinan besar akan melampaui batas atas Bank Indonesia sebesar 4%, oleh karena itu BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 75 bps pada paruh kedua tahun ini untuk menjaga daya tarik investasi di aset Indonesia. Dengan tingkat vaksinasi yang meningkat dan kasus Covid-19 yang mereda, pemerintah mengizinkan tradisi mudik tahunan Idul Fitri untuk dilanjutkan setelah tertunda dua tahun karena pandemi. Kami berharap libur Idul Fitri dapat membawa dampak positif bagi perekonomian, terutama untuk pembukaan kembali banyak sektor yang selama ini tertunda. Efek berganda dari pembukaan kembali akan dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bagi banyak orang. Dengan demikian, masyarakat dapat memiliki daya beli yang lebih tinggi untuk mengkonsumsi.

IHSG mencatatkan rally yang solid pada April 2022 didukung oleh rally saham-saham berkapitalisasi besar yang tercermin dari rally kuat pada indeks LQ 45. Rally tersebut didukung oleh kondisi makro ekonomi dan kinerja fundamental. Sementara di sisi pendapat tetap, yield benchmark obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun kembali mengalami kenaikan 25 bps di bulan April, dimana hal tersebut hampir sama dengan kenaikan di bulan Maret sebesar 24 bps. Dibandingkan dengan imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun yang melonjak hampir 60bps, koreksi imbal hasil INDOGB relatif lebih ringan karena ekonomi domestik berada pada fundamental yang lebih baik.

 

Topic of discussion

  • Tren kenaikan inflasi yang masih terkontrol
  • PMI Manufacturing dan IKK sedikit lebih tinggi menjelang lebaran
  • Neraca dagang tertinggi sepanjang sejarah
  • Antisipasi likuiditas menjelang lebaran
  • Penjualan kendaraan terhambat pendeknya hari kerja
  • Kesimpulan dan Rekomendasi

 

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

 

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MGSED -24,2% -21,7%
MITRA +6,9% +10,9%
Pendapatan Tetap
MIDU +0,45% +0,08%

 

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan April 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

 

Baca Selengkapnya

 


Info lebih lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *