Pada Maret 2025, perekonomian global menghadapi tekanan dari kebijakan proteksionisme, pengetatan moneter, dan stimulus fiskal besar-besaran, terutama di AS, Eropa, dan China. Ketegangan dagang AS meningkatkan risiko resesi, sementara Jerman meluncurkan paket stimulus €500 miliar dan ECB menurunkan suku bunga di tengah kekhawatiran inflasi. China fokus pada pertumbuhan 5% dengan penekanan pada reformasi struktural. Di Indonesia, pasar mengalami tekanan akibat ketidakpastian global dan domestik, termasuk arus keluar modal, depresiasi rupiah, dan kekhawatiran politik. Namun, langkah BI membeli obligasi dan penegasan komitmen fiskal oleh Menteri Keuangan membantu menenangkan pasar. Ke depan, strategi dagang baru dan kesiapan anggaran domestik memberi harapan pemulihan di kuartal berikutnya.
Overview
Pada Maret 2025, perekonomian global menghadapi dinamika kompleks yang dipengaruhi oleh kebijakan proteksionisme, pengetatan moneter, dan intervensi fiskal secara strategis, yang mengakibatkan dampak signifikan di pasar. Di Amerika Serikat, ketegangan perdagangan meningkat dengan diberlakukannya tarif baru pada baja dan aluminium hingga 50%, yang memicu tindakan balasan dari mitra dagang. OECD memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat meningkatkan inflasi global sebesar 0,5% hingga 1,5% pada 2026. Sebagai dampaknya, JP Morgan menaikkan probabilitas resesi AS menjadi 40%, mengutip ketidakpastian kebijakan di tengah laju inflasi yang melambat menjadi 2,0% secara tahunan pada Februari. Penjualan ritel lemah secara bulanan, dan investasi korporasi mulai berkurang, mendorong analis dari Moody’s dan Goldman Sachs untuk merevisi risiko resesi masing-masing menjadi 35% dan 20%. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, tetap mempertahankan nada optimisme dengan hati-hati; namun, pasar mulai memperhitungkan risiko stagflasi karena proyeksi GDP kuartal pertama dari Atlanta Fed mengindikasikan potensi kontraksi.
Di Eropa, Jerman mengumumkan paket stimulus fiskal senilai €500 miliar—terbesar sejak reunifikasi—dengan mengesampingkan batas utang untuk belanja pertahanan dan investasi infrastruktur. Stimulus ini diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan GDP Zona Euro sebesar 0,6% hingga 1,8% pada 2026, meskipun imbal hasil obligasi Bundesbank melonjak 35 basis poin akibat kekhawatiran akan supply risk.
Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,5% pada 6 Maret, tetapi memberi sinyal kemungkinan kenaikan kembali jika stimulus Jerman memicu inflasi, yang diperkirakan dapat meningkatkan CPI Zona Euro sebesar 0,4% hingga 0,9%. Sementara itu, dalam pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) China yang berlangsung dari 5 hingga 12 Maret, pemerintah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5% untuk 2025, dengan penekanan pada kemandirian teknologi dan stabilisasi sektor properti, sembari memprioritaskan reformasi struktural daripada stimulus besar-besaran.
Di dalam negeri, pembentukan Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia bertujuan untuk mengonsolidasi perusahaan milik negara (BUMN) dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun, kekhawatiran mengenai transparansi dan potensi campur tangan politik dalam Danantara memicu skeptisisme investor, yang berkontribusi terhadap aksi jual di pasar. Selain itu, rumor tentang kemungkinan pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati semakin memperburuk ketidakpastian pasar. Meskipun Menteri Keuangan secara terbuka membantah spekulasi tersebut dan menegaskan komitmennya terhadap disiplin fiskal, ketidakpastian ini tetap menambah kegelisahan investor. Sementara itu, terkait dengan Undang-Undang TNI, tidak ada perkembangan signifikan yang secara langsung berdampak pada perekonomian maupun pasar modal.
Topic of discussion
- Inflasi
- PMI Manufacturing dan Indeks Keyakinan Konsumen
- Data moneter
- Penjualan mobil dan motor
- Analisa kondisi makro ekonomi dan kondisi pasar modal
- Rekomendasi aset alokasi
Rekomendasi
Sinyal taktis strategi jangka pendek April 2025 tetap sama seperti Maret 2025, dengan alokasi cash 10%, saham 47,5%, dan obligasi 42,5%.
Saat ini investor kami sarankan untuk lebih memilih produk berbasis USD seperti RD MMUSDB utk pasar uang dan RD IDAMAN untuk Reksa Dana obligasi serta RD MGSED untuk Reksa Dana Saham. Sementara untuk mengambil momentum saat ini kami sarankan investor untuk memiliki produk berbasis saham berkapitalisasi besar seperti RD MICB, RD Index FTSE Indonesia ESG, dan ETF Mandiri Indeks LQ45 (XMLF).
Rekomendasi Produk
Saham
- Mandiri Investa Cerdas Bangsa (MICB) – Kelas A
Saham LQ45, Mayoritas saham kapitalisasi besar, dan Denominasi Rupiah - Mandiri Investa Equity Asean 5 Plus (MANSEA5)
Saham domestik & global, All cap fund, dan Denominasi Rupiah
Saham Global
- Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) – Kelas A
Saham global, Denominasi USD, dan Kerjasama dengan JP Morgan AM - Mandiri Asia Sharia Equity Dollar (MASED) – Kelas A
Saham Asia dan Denominasi USD
Index
- Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG (FTSEESG) – Kelas A
Saham domestik, Denominasi Rupiah, Berorientasi ESG, dan Pengelolaan pasif - Mandiri ETF LQ45 (XMLF)
Tracking error rendah, Transaksi jual/beli dapat di lakukan setiap saat, dan Nilai transaksi real time
Pendapatan Tetap
- Mandiri Investa Dana Utama (MIDU)
Obligasi pemerintah & korporasi, Pembagian dividen bulanan, dan Durasi: pendek (< 4 tahun) - Investa Dana Dollar Mandiri (IDAMAN)
Obligasi pemerintah USD (INDON), Durasi menengah – panjang, dan Denominasi USD
Campuran
- Mandiri Investa Syariah Berimbang (MISB)
Obligasi Syariah (Sukuk), Durasi pendek – menengah
Pasar Uang
- Mandiri Investa Pasar Uang (MIPU)
Instrumen Pasar Uang dengan segmen Jangka Pendek - Mandiri Money Market USD (MMUSD)
Instrumen Pasar Uang dan Denominasi USD
PRODUK | 3M PERFORMANCE | YTD PERFORMANCE |
---|---|---|
Saham | ||
MICB A | -9,9% | -11,0% |
ASEAN5 | -11,3% | -13,2% |
Saham Global | ||
MGSED A | -11,4% | -10,4% |
MASED B | -9,4% | -9,0% |
Indeks | ||
FTSE ESG A | -10,0% | -8,7% |
XMLF | -10,9% | -10,3% |
Pendapatan Tetap | ||
MIDU | +2,10% | +2,20% |
IDAMAN | +0,03% | -0,30% |
Campuran | ||
MISB | -0,53% | -1,17% |
Pasar Uang | ||
MIPU | +1,09% | +1,31% |
MMUSD | +0,75% | +0,89% |
*Data diatas adalah data per tanggal 17 April 2025
Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Maret 2025 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Written by
Tinggalkan Balasan