Monthly Macro Review : Holiday consumption

  • icon-jam2 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : Holiday consumption

Pada bulan Mei masyarakat Indonesia menyambut libur Lebaran dengan penuh antusias. Tahun ini pemerintah mulai memperbolehkan masyarakat untuk melakukan mudik tahun ini karena tingkat vaksinasi masyarakat sudah cukup tinggi dan pemerintah sudah mempersiapkan jalur mudik dengan baik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal sehingga konsumsi masyarakat meningkat jauh baik secara frekuensi maupun nilai transaksi. Momentum positif ini terus dijaga oleh pemerintah agar dunia bisnis mulai berani berekspansi dengan melihat permintaan yang naik. Maka dari itu, pemerintah berencana untuk menahan kenaikan harga bensin Pertalite dan harga listrik agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Dengan terjaganya harga energi, maka inflasi diperkirakan masih dapat terkontrol. Selain itu, Bank Indonesia terus menaikan rasio giro wajib minimum yang merupakan langkah awal untuk mengantisipasi perubahan kebijakan moneter global dalam menghadapi inflasi. Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter membuat kami optimis pasar saham dan obligasi masih memiliki ruang imbal hasil baik di tengah volatilitas yang tinggi pada pasar modal global.

 

Overview

Inflasi di negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris semakin mamanas. Inflasi Amerika Serikat naik 8,6% yoy pada bulan Mei 2022, tertinggi pada sejak Desember 1981 dan lebih tinggi dari harapan investor yang memperkirakan lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya 8,3% yoy. Kenaikan inflasi tidak dibarengi oleh kenaikan inflasi inti yang semakin melambat menjadi 6,0% yoy, turun dari 6,2% yoy di bulan sebelumnya. Inflasi inti yang menunjukan daya beli masyarakat menurun seperti perkiraan pasar. Keadaan ini memberikan tekanan kepada bank sentral US apakah akan melakukan perubahaan kebijakan yang lebih banyak untuk mengatasi inflasi dan kuatnya permintaan tenaga kerja yang kuat namun dapat mengakibatkan resesi bagi perekonomian negara maju. Hal yang sama juga dialami oleh Uni Eropa dan Inggris yang masing – masing masih mengalami kenaikan inflasi dan kuatnya pasar tenaga kerja. The Fed sebenernya sudah menaikan suku bunga pada bulan Mei sebanyak 50bps. Namun pasar mengharapkan the Fed untuk menaikan FFR lebih banyak sebesar 75 bps agar inflasi dapat segera teratasi. Bila perubahan kebijakan moneter dapat mengatasi inflasi yang dihadapi saat ini, maka ekonomi di negara maju diharapkan dapat lebih sehat dan kembali ke kondisi normal.

Konsumsi masyarakat Indonesia dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berdasarkan survey Bank Indonesia naik secara signifikan menjadi 128,9 di bulan Mei yang artinya sudah kembali ke level sebelum pandemi Covid. Penguatan konsumsi masyarakat juga terlihat pada Mandiri Spending Index yang mengalami penguatan secara signifikan baik secara frekuensi maupun nilai dari transaksi. Penguatan hampir terjadi pada seluruh wilayah, termasuk Bali dan Nusa Tenggara meskipun belum sepenuhnya pulih. Pengeluaran utama masih didorong oleh masyarakat berpendapatan menengah, lalu diikuti masyrakat berpendapatan tinggi dan rendah. Selain itu, konsumsi masyarakat yang paling besar terjadi pada supermarket kemudian diikuti oleh restoran dan fashion. Kami melihat tren yang positif dari perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia di bulan Mei 2022 dan diperkirakan masih dapat berlanjut.

Pendapatan pemerintah sampai dengan April 2022 mencapai kenaikan 46% yoy berkat kenaikan pendapatan dari pajak dan bea keluar komoditas. Penerimaan negara dari pajak disokong oeh pajak penghasilan yang naik 60% yoy dan pajak PPN 40%. Sementara itu, penerimaan negara dari bea keluar komoditas naik 122% yoy. Meskipun penerimaan pemerintah cukup baik, dari sisi belanja negara masih cukup minim dengan kenaikan hanya berkisar 4% yoy sampai dengan April 2022. Pengeluaran secara keseluruhan belum begitu besar, namun subsidi pemerintah naik 39% yoy dimana subsidi energi tumbuh 26% yoy dan non – energy 170% yoy. Kenaikan subsidi dirasa perlu untuk meredam gejolak bahan komoditas pangan terutama menjelang lebaran.

Pemerintah juga berencana untuk menahan kenaikan harga bensin Pertalite dan listrik. Kami melihat rencana subsidi pemerintah dapat membantu masyarakat untuk mempertahankan daya beli dan menghindari kenaikan inflasi yang berlebihan seperti yang sedang terjadi di banyak negara. Sedangkan dari sisi moneter, Bank Indonesia menaikan rasio Giro Wajib Minimum menjadi 9% dari 6,5% yang harus dipenuhi pada bulan September. Hal tersebut diambil untuk mengimbangi tren pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral di banyak negara.

Inflasi yang terjadi di Amerika Serikat dan negara maju tentu mempengaruhi US Treasury sehing obligasi negara berkembang juga terpengaruh termasuk Indonesia. INDOGB yield naik menyentuh 7,4% pada pertengahan bulan dimana pada bulan April rata – rata yield berada pada kisaran dibawah 7,0%. Namun dengan adanya rencana subsidi bensin dan listrik dari pemerintah dengan tujuan menjaga harga administered price maka memberi angin positif bagi obligasi dalam negeri dengan harapan inflasi dapat terkontrol. Selain itu, dengan penerimaan negara yang masih besar pemerintah dinilai belum perlu untuk menerbitkan obligasi negara lebih besar dari anggaran yang sudah ditetapkan untuk mengadakan rencana subsidi tersebut INDOGB yield akhirnya bisa kembali menguat di penghujung bulan Mei.

Setelah rally kuat selama empat bulan pertama tahun 2022, IHSG terkoreksi pada Mei22. Pasar ekuitas global di negara maju dan berkembang mengalami koreksi akibat inflasi tinggi yang memberatkan dan diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter di banyak negara. IHSG turun tajam di paruh awal bulan sebelum rebound kuat setelahnya. Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia berada dalam fase pertumbuhan yang tinggi dengan konsumsi yang meningkat dan net ekspor yang masih kuat.

 

Topic of discussion

  • Inflasi lebih tenang di tengah konsumsi yang menguat.
  • PMI Manufacturing melandai, namun IKK kembali ke kondisi sebelum pandemi.
  • Neraca dagang tetap surplus dengan konsumsi domestik yang meningkat dan pelarangan ekspor CPO.
  • Kebijakan moneter masih bertahan, ekonomi domestik stabil.
  • Penjualan kendaraan masih turun karena pendeknya hari kerja.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi

 

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

 

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MGSED -33,4% -32,9%
MITRA +3,2% +3,4%
Pendapatan Tetap
MIDU +0,28% +0,29%

 

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan April 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

 

Baca Selengkapnya

 


Info lebih lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *