Monthly Macro Review : Conducive Environment

  • icon-jam2 years ago
  • icon-share
    Shares

Monthly Macro Review : Conducive Environment

Memasuki kuartal terakhir 2022, perekonomian Indonesia cukup kondusif pasca kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) di awal bulan September. Pemerintah bergerak cepat dengan mendistribusikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang terdampak dari penyesuaian harga BBM. Inflasi yang melejit di bulan September, mulai teratasi dengan baik di bulan berikutnya meskipun masih terasa efek lanjutannya di beberapa wilayah. Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan cukup banyak untuk menjaga nilai tukar dan stabilitas harga. Daya beli masyarakat terjaga dan kegiatan produksi berjalan normal.

 

Overview

Data – data ekonomi AS pada bulan Oktober terlihat terjadi perubahan seperti bagaimana yang diharapkan oleh The Fed, dimana inflasi melemah lebih dari yang diperkirakan dan kondisi pasar tenaga kerja mengalami perlambatan. Data daya beli masyarakat, penjualan ritel, penjualan rumah (existing dan baru), dan PCE (Personal Consumption Expenditure) bersama dengan data pendapatan dan pengeluaran pribadi telah stabil dan cenderung turun. Namun kami memilih untuk melihat kondisi ekonomi AS sebagai suatu proses yang sedang menuju kondisi normal dibandingkan melihat ekonomi yang melambat. Dengan kombinasi data utama tersebut, pasar mulai mengharapkan Fed untuk menaikkan FFR pada tingkat yang lebih kecil.

Beralih ke negara dengan ekonomi terkuat kedua, China menjadi fokus utama pada Oktober karena Presiden Xi Jinping terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga dalam kongres nasional. Meski hasilnya sudah diperkirakan oleh pasar, namun investor global khawatir kebijakan yang menghambat pertumbuhan ekonomi selama dua tahun terakhir akan berlangsung lebih lama tanpa paradigma yang berbeda.

Indonesia mencatatkan pertumbuhan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) di kuartal ketiga 2022 (3Q22) mencapai 5,72% yoy (1,81% qoq), dari kuartal sebelumnya 5,45% yoy (3,72% qoq). Pertumbuhan PDB di 3Q22 disebabkan karena adanya efek low base di kuartal ketiga 2021 akibat Covid yang memaksa “lockdown”/pembatasan kegiatan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Pertumbuhan PDB 3Q22 tertinggi terjadi pada Sulawesi 8,24% yoy dan Maluku & Papua 7,51% yoy, diikuti oleh Bali & Nusa Tenggara 6,69% yoy. Sementara PDB Sumatera tumbuh 4,71% yoy dan Kalimantan 5,67% yoy. Jawa sebagai penyumbang ekonomi terbesar tumbuh 5,76% yoy. Secara pengeluaran (expenditure), konsumsi masyarakat tumbuh 5,39% yoy, diikuti oleh Investasi yang naik 4,96% yoy. Namun, pengeluaran pemerintah mengalami penurunan 2,88% yoy. Sementara dari sisi ekspor dan impor semakin kuat dalam pertumbuhan dengan naik masing – masing 21,64% yoy dan 22,98% yoy. Dari konsumsi, sektor transportasi mengalami pertumbuhan tertinggi 12,87% yoy, kemudian diikuti oleh restoran 9,12%. Dari investasi, sektor mesin tumbuh 36,46% yoy dan kendaraan 17,14% yoy. BPS juga mencatat tingkat pengangguran Indonesia di Agustus 2022 sebesar 5,86% (8,42 juta orang), lebih rendah dibandingkan Agustus 2021 sebesar 6,49% (9,10 juta orang). Saat ini, BPS mencatat terdapat 143,72 juta angkatan kerja dari 209,42 juta penduduk usia kerja (umur >15 tahun atau lebih).

Current account (neraca berjalan) 3Q22 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 4,4 milyar atau 1,28% tarhadap PDB (2Q22: USD 4,02 milyar atau 1,19% terhadap PDB). Current Account Surplus (CAS) ini didorong oleh neraca dagang surplus yang terjadi berkat ekspor non – migas yang tinggi karena permintaan dan harga komoditas yang meningkat. Sementara itu, financial account tercatat defisit USD 6,1 milyar dimana investasi lain – lain mengukir penurunan USD 5,74 milyar dan investasi portofolio yang outflow dari Indonesia sebesar USD 3,11 milyar. Hanya investasi langsung yang masih tumbuh USD 2,78 milyar yang masih dapat memberikan kontribusi positif kepada financial account. Dengan demikian balance of payment Indonesia di kuartal ketiga 2022 menurun drastis menjadi defisit USD 1,30 milyar dari surplus USD 2,39 milyar di kuartal kedua 2022. Kedepannya, kami masih melihat current account di 2022 kemungkinan masih dapat surplus meskipun financial account kemungkinan masih akan cukup menantang untuk menjadi surplus di tengah tren kenaikan suku bunga acuan global.

The Fed menambah 75 bps lagi pada suku bunga acuannya, FFR, yang menjadi 3,25% dan yield dari US 10-year Treasury melonjak hingga mencapai 4,2% pada Oktober 2022. Kondisi tersebut memaksa negara-negara lain untuk menyesuaikan suku bunga acuannya lebih tinggi untuk tetap menjaga daya tarik mata uangnya, termasuk Indonesia. Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7DRRR sebesar 50 bps dan mencapai 4,75% pada Oktober 2022. Hal ini merupakan salah satu cara BI untuk menjaga daya tarik aset Rupiah dengan menjaga rate spread antara US FFR dan BI 7D RRR yang berkisar antara 100 – 150 bps. Yield dari INDOGB 10- tahun mencapai 7,6% pada Oktober 2022 menghasilkan selisih yang menipis berkisar antara 340 – 400 bps dengan yield dari US 10-year Treasury.

Kami melihat daya beli masyarakat Indonesia masih kuat sehingga mendorong pergerakan saham secara keseluruhan. Pertumbuhan kredit kian meningkat sebagai tanda minat masyarakat yang semakin tumbuh untuk membuka dan mengembangkan usaha. Selain itu, turunnya biaya input membuat margin di perusahaan – perusahaan dapat meningkat. Sedangkan saham sektor pertambangan masih bergerak dinamis di tengah dinamika geopolitik dan musim dingin yang dialami di berbagai negara. Pergerakan saham sempat turun di tengah bulan Oktober sebelum akhirnya kembali menguat yang didukung oleh laporan kuartal ketiga 2022 yang cukup baik.

Topic of discussion

  • Inflasi stabil pasca penyesuaian BBM.
  • PMI Manufacturing bertahan, IKK kembali tumbuh.
  • Meskipun suku bunga acuan kian meningkat, pertumbuhan kredit terus menguat.
  • Rata – rata penjualan per bulan baik mobil dan motor selama tiga bulan terakhir cukup stabil.
  • Kesimpulan dan Rekomendasi.

Rekomendasi Produk

Saham

Pendapatan Tetap

 

PRODUK 6M PERFORMANCE YTD PERFORMANCE
Saham
MGSED +3,3% -30,2%
MICB +1,0% +8,8%
Pendapatan Tetap
MIDU +1,26% +0,54%

 

*Data diatas adalah data per tanggal 28 November 2022

Untuk membaca hal-hal yang terjadi di bulan Oktober 2022 yang mempengaruhi ekonomi secara makro selengkapnya disini:

Baca Selengkapnya


Info Lebih Lanjut

Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id

 


 

DISCLAIMER

Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *