Perkembangan Kondisi Ekonomi
Kuartal kedua 2023 ekonomi Indonesia terasa seperti dihidupkan kembali seperti kuartal pertama. Sejumlah libur panjang membuat konsumsi nasional meningkat di triwulan kedua tahun ini, namun pada waktu yang sama aktifitas produksi dan distribusi ikut terpengaruh dan ekspansi bisnis menjadi tertunda. Selain itu, Indonesia telah resmi memasuki masa endemi di akhir semester satu tahun ini. Hal tersebut bila dipadukan dengan likuiditas keuangan yang besar serta stabilitas nilai tukar Rupiah adalah modal besar bagi perekonomian saat ini. Potensi besar terdapat pada semester kedua 2023 ketika bauran kebijakan fiskal dan moneter dapat tereksekusi dengan baik, serta program pemerintah dan minat berusaha dari masyarakat terus terjaga, tidak tertutup kemungkinan Indonesia menjadi pilihan atas kondisi global saat ini yang tidak menentu.
Gejolak Pelemahan Ekonomi
Gejolak ekonomi global di kuartal kedua tahun seraca memuncak karena terdapat perbedaan drastis di awal dan akhir periode. Inflasi di AS masih terasa kuat di April sehingga kekhawatiran akan resesi meningkat karena mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang melebihi perkiraan pasar. PMI Manufacturing hanya sekali di April 2023 berada di zona ekspansi, dua bulan berikutnya terus menurun. Meskipun demikian PMI Service terus menguat sejalan dengan kondisi tenaga kerja yang masih baik namun dalam tren menurun. Selanjutnya kondisi inflasi berangsur pudar karena harga komoditas terutama energi yang turun hari demi hari. Bank Sentral AS sesuai jadwal pertemuan bulan Mei 2023 (tidak ada jadwal pertemuan di April 2023) masih tetap menaikan 25 bps suku bunga acuan sehingga berada pada 5,25%. Pada bulan Mei juga, Pemerintah dan anggota parlemen AS menyepakati kenaikan pagu anggaran. Kemudian pada bulan Juni 2023 The Fed untuk pertama kalinya tidak menaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya setelah menaikkan the Fed rate sejak Maret 2022 setiap kali dalam 10 pertemuan sebelumnya. Pada siklus kenaikan policy rate kali ini cukup besar dari yang terendah di 0,25% pada awal 2022 menjadi 5,25% saat ini, melampaui puncak siklus kenaikan sebelumnya di 2,5% pada tahun 2019.
Berbeda halnya dengan AS, inflasi di China terlampau rendah pada kisaran 0% selama kuartal kedua 2023. Meskipun demikian, kondisi PMI manufacturing dan service berada pada posisi ekspansi. Bank Sentral China, PBOC, mengubah kebijakan suku bunga di Juni 2023 dengan menurunkan 10 bps loan prime rate 1 tahun dan 5 tahun masing-masing menjadi 3,6% dan 4,2%, pertama kali sejak Agustus tahun lalu. Ekonomi China tetap bertumbuh 6,3% YoY di 2Q23, walaupun lebih baik dari 4,5% YoY di 1Q23 namun lebih rendah dari harapan di 7,3%.
Strategi Ekonomi Berjalan Sesuai Harapan
Inflasi di Indonesia di kuartal kedua 2023 terus menurun dan masuk pada teritori 3%. PMI Manufacturing sempat melemah sebelum akhirnya kembalimenguat. Neraca dagang yang dikhawatirkan menuju defisit sejalan dengan menurunnya harga komoditas ternyata masih mampu terus berada pada teritori surplus selama kuartal kedua 2023. Nilai Rupiah sempat tergerus namun stabil di kisaran Rp 15.000 per USD. Meski terdepresiasi, nilai tukar Rupiah dapat dikatakan pada kondisi baik mengingat kuartal kedua merupakan musim repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri.
Hingga akhir Mei 2023, anggaran fiskal mencatatkan surplus sebesar Rp 204,3 triliun atau 0,97% PDB (vs 5M22 sebesar Rp 132,0 triliun atau 0,67% PDB). Penerimaan negara sudah mencapai 49% dari target anggaran, sedangkan belanja negara hanya 33%. Meskipun harga komoditas menurun dan prospek pertumbuhan global melambat, penerimaan pemerintah masih meningkat sebesar 13% yoy dan realisasi belanja pemerintah juga meningkat sebesar 7% yoy. Menurut kami pemerintah masih dapat memaksimalkan belanja pemerintah yang masih besar anggarannya. Hampir 2/3 dari anggaran belanja di 2023 dapat dipergunakan pada semester kedua tahun ini. Pemerintah merevisi anggaran 2023 di mana perubahan anggaran defisit turun ke 2,28% terhadap PDB dari sebelumnya 2,84% terhadap PDB. Dalam revisi tersebut pemerintah meningkatkan anggaran penerimaan sebanyak 7,1% menjadi Rp 2.637 triliun dan anggaran belanja sebesar 2,0% menjadi Rp3.061 triliun.
Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasar modal di kuartal kedua 2023 dari segi pasar saham dan pasar obligasi secara lengkap dan juga untuk mempersiapkan rencana investasi di kuartal ketiga 2023, investor dapat membaca disini:
Baca Selengkapnya
Info Lebih Lanjut
Hubungi Mandiri Investasi – (021) 526 3505
Whatsapp Mandiri Investasi – 0816 86 0003
Email Mandiri Investasi – [email protected]
Mandiri Investasi – www.mandiri-investasi.co.id
Moinves – www.moinves.co.id
DISCLAIMER
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Written by
Tinggalkan Balasan