Gambar Artikel WMR, Market Macro, etc (1000x605px) (3)

Pada kuartal ketiga 2023 perekonomian Indonesia berada di posisi yang stabil meskipun dalam bayang – bayang menguatnya nilai tukar Dollar AS.

BI menaikkan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 6% di Oktober 2023, kenaikan kedua tahun ini setelah Januari 2023.

Berdasarkan report dari goldman sachs, porsi perusahaan di AS yang mengalami profit margin yang bermasalah semakin banyak.

Bank Indonesia mulai menerbitkan dan memperdagangkan instrumen baru SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).

Yield dari obligasi global meningkat secara signifikan, termasuk yield dari IndoGb dan INDON.

Pasar saham AS terguncang oleh kenaikan harga energi yang dapat menghambat tren penurunan inflasi saat ini.

Pada minggu lalu, nilai tukar mata uang negara berkembang mengalami tekanan yang cukup besar terhadap mata uang AS.

Pada bulan September bank sentral negara – negara besar seperti AS, Inggris, Jepang dan Swiss menahan kenaikan suku bunga acuan.

Ekonomi domestik di Agustus menunjukkan dinamika positif, tercermin pada stabilitas nilai tukar Rupiah berkat kebijakan fiskal dan moneter.

The Fed mempertahankan suku bunga pada 5,50%, dengan pemotongan di 2024 dan 2025 yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.

Jika inflasi di AS lebih disebabkan oleh harga energi, inflasi di Indonesia lebih didorong oleh harga makanan terutama harga beras.

Minggu lalu market terkoreksi di pasar obligasi dan saham. Permasalahannya terletak pada kuatnya data sektor jasa dan naiknya harga minyak.

Pertumbuhan kredit kembali naik tipis pada Juli 2023 menjadi 8,5% yoy dari sebelumnya 7,7% yoy, yang menjadi indikitor ekonomi berkembang.

Pasar obligasi global mengalami kejutan pada bulan Agustus 2023 karena imbal hasil US Treasury melonjak di atas 4,2%

Pada Agustus 2023 pasar saham AS alami turbulensi dimana koreksi terjadi pada pertengahan bulan karena antisipasi kuatnya pasar tenaga kerja.

Pasar tenaga kerja AS terlihat melemah di Agustus 2023 sehingga harapan akan soft landing economy semakin besar.

Pasar Global mengkhawatirkan perekonomian dunia akan masuk ke resesi di tahun 2023 ketika kenaikan suku bunga di berbagai negara.

Indeks saham bergerak relatif flat, IHSG bergeser 0,5% WoW ke 6.895 dan LQ45 masih sama 956. IndoGb yield naik tipis 4 bps menjadi 6,53%.

Pengeluaran negara diperkirakan akan naik 5,8% YoY di 2024, meningkat dari tahun ini yang hanya tumbuh 0,9% YoY.

Bank Indonesia konsisten mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75% pada Juli 2023.