Quarterly Report : Q4 2020

  • icon-jam3 years ago
  • icon-share
    Shares

Quarterly Report : Q4 2020

Ekonomi dan Pasar Modal

 

Perkembangan Kondisi Ekonomi Kuartal keempat menjadi penutup tahun 2020, tahun yang penuh tantangan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah melawati masa tersulit pada kuartal kedua dan awal pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga, maka pada kuartal keempat optimisme masyarakat mulai tumbuh dan rencana kerja ke depan mulai terlihat.

 

10 Oktober : Pergerakan Nyata Pemerintah

 

Pemerintah bertindak cukup cepat dalam menyikapi situasi kemunduran ekonomi dengan segera mengadakan program dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) pada kuartal ketiga. Kemudian pada awal Oktober rancangan Undang – Undang Omnibus Law akhirnya disahkan oleh Presiden bersama DPR. UU tersebut merupakan rencana pemerintah untuk menarik investor lokal dan asing untuk membangun bisnis di Indonesia. Undang – Undang ini diharapkan dapat menjawab tatangan yang dihadapi oleh pengusaha dalam mengembangkan peluang bisnis yang ada di Indonesia. Dengan berkembangnya investasi, maka pemerintah mengharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi 7 juta pengangguran dimana sekitar 3,5 juta pengangguran merupakan akibat pengaruh pandemi. Sementara itu, setiap tahun terdapat 3 juta penduduk usia kerja baru yang masuk ke pasar kerja. Dengan ada UU, Indonesia dapat memulai mempergunakan bonus demografi yang dimiliki dan diharapkan tidak masuk dalam negara “middle income trap” seperti negara berkembang lainnya.

Pada pertengahan Oktober, pemerintah Jakarta mengganti PSBB ketat menjadi PSBB transisi dimana aktifitas ekonomi dapat berjalan lebih baik. Jakarta sebagai pusat perekonomian Indonesia tentu sangat berpengaruh bila diterapkan PSBB yang ketat karena arus keluar masuk barang dan jasa ke seluruh Indonesia bisa terpengaruh. Maka saat dihentikannya PSBB ketat, masyarakat menyambut hal tersebut dengan baik seperti halnya terjadi pada bulan Juni 2020 lalu.

Salah satu perubahan status Jakarta adalah pusat pembelanjaan dan tempat makan kembali dibuka dengan mentaati prokotol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

 

11 November : Pemilu Amerika Serikat dan Vaksin

 

Banyak keraguan dari pelaku pasar sebelum ada pemilu Amerika Serikat belangsung. Pemilu Amerika Serikat menjadi penting dalam melihat arah kebijakan perekonomian dan politik dari negara dengan perekonomian paling kuat di dunia. Selama 4 tahun ke belakang, kebijakan ‘America First’ dari presiden Trump membawa banyak tantangan bagi perdagangan global. Banyak negara seperti China dan Uni Eropa harus melewati perang dagang dengan Amerika Serikat untuk menemukan sistem perdagangan yang lebih adil dan sesuai dengan perkembangan jaman. Pemilu Amerika Serikat akhirnya dimenangkan oleh Joe Biden dari partai Democrat yang diharapkan dapat memberi ruang lebih banyak untuk perdagangan global sehingga dapat menciptakan lebih banyak keuntungan bagi banyak pihak. Dengan terpilihnya Joe Biden maka harapan baru dari sebuah kepemimpinan yang baru muncul untuk merubah keadaan agar menjadi lebih baik.

Banyak keraguan dari pelaku pasar sebelum ada pemiluPada bulan November kabar baik datang dari produsen – produsen vaksin dunia (Pfizer, BioNTech, Moderna) yang mengklaim tingkat kemanjuran (efficacy rate) vaksin covid-19 mencapai 90%. Hal tersebut membawa optimisme akan harapan baru bagi masyarakat dunia untuk bisa memerangi virus covid-19 yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Dengan adanya vaksin, maka penyebaran virus covid- 19 dapat diatasi dan aktifitas manusia dapat kembali normal. Perekonomian global diharapkan dapat kembali tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa karena potensi pendapatan yang tumbuh.

 

12 Desember : Vaksinasi Covid-19 Menjadi Nyata

 

Pemerintah Indonesia bergerak cepat dalam mendapatkan vaksin bagi masyarakat Indonesia. Indonesia menjalin kerja sama dengan produsen vaksin asing seperti AstraZeneca, Sinopham, Moderna, Pfizer (dan BioNTech), Novavax dan Sinovac. Akhirnya pada Desember 2020, vaksin Sinovac telah hadir di Indonesia. Selain itu, Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa Indonesia telah mengamankan setidaknya 330 juta vaksin dari Sinovas, Gavi Novax, AstraZeneca, Pfizer dan Novavax. Vaksin tersebut akan diberikan kepada hampir seluruh masyarakat Indonesia mulai dari awal 2021.

 

 

 

Pada masa pandemi, Indonesia mencatatkan transaksi berjalan surplus (Current Account Surplus) 3Q20 di 0,4% terhadapa GDP dimana hal ini merupakan surplus pertama kali sejak 2011. Kemungkinan hal tersebut akan berlanjut ke 4Q20 karena neraca dagang dari bulan Oktober ke Desember masih mencatatkan surplus secara berturut – turut. Perekonomian dari negara China yang sudah menyelesaikan masalah pandemi covid-19 mulai bertumbuh karena menjadi produsen bagi negara yang masih terdampak oleh pandemic covid-19 sehingga banyak mengimpor bahan baku komoditas termasuk dari Indonesia. Kegiatan ekspor Indonesia selama kuartal tiga cukup baik seperti batu bara, cpo, besi dan nikel. Sementara itu, impor Indonesia mulai bertumbuh meskipun tidak setinggi nilai ekspor.

GDP Indonesia untuk kuartal ketiga tahun ini berada pada -3,49% yoy (dimana kontraksi pertumbuhan sudah mengecil dari GDP 2Q20 di -5,32% yoy). Perbaikan ekonomi akan lebih terasa ketika kita membandingakan secara kuartalan dimana GDP 3Q20 berada pada level +5,05% qoq yang jauh lebih baik dibandingkan dengan GDP 2Q20 di level -4,19% qoq. Target pemerintah untuk tahun 2020 berada pada range -1,7% sampai -2,2% yoy, dan khusus untuk 4Q20 diperkirakan berkisar antara -3,6% hingga -2,6%.

 

 

Perkembangan Kondisi Pasar Modal di Kuartal Keempat 2020

 

IHSG naik cukup konsisten selama tiga bulan berturut – turut sehingga mencapai level 5.979 pada akhir Desember 2020 dari 4.870 di akhir September yang berarti terjadi kenaikan 22,8% qoq. Selain karena yang dijelaskan sebelumnya, ada satu faktor yang membuat aset kelas saham naik signifikan yaitu likuiditas keuangan yang cukup besar. Selama kuartal keempat, transaksi terjadi lebih banyak didorong oleh investor lokal khususnya investor retail yang lebih memilih untuk menempatkan dana di saham dibandingkan dengan penempatan pada deposito bank yang kian menurun. Selain itu, beberapa sektor sudah melewati masa tersulit di 2Q20 dan mulai terjadi peningkatan seperti pada penjualan properti dan kendaraan bermotor, nilai restrukturisasi kredit yang sudah melandai di perbankan, dan kenaikan harga komoditas. Hal tersebut yang menambah kepercayaan diri investor akan pemulihan kondisi ekonomi yang terjadi.

Sama halnya dengan kelas aset obligasi yang menunjukan pergerakan positif dimana arus dana asing kembali masuk selama kuartal keempat sebesar Rp 40,8 triliun. Meskipun belum bisa menutupi jumlah dana asing yang keluar selama tahun 2020 yaitu sebesar Rp 84 triliun, namun yield obligasi pemerintah 10 tahun dapat turun signifikan dari 6,96% di akhir September menjadi 5,89% di akhir Desember 2020. Masuknya dana asing ke Indonesia terjadi karena imbal hasil yang relatif tinggi, kestabilan Rupiah yang membuat hedging cost nilai tukar semakin atraktif dan minat investor (risk appetite) untuk memiliki aset obligasi dari negara lain di luar US treasury setelah tingkat keampuhan (efficacy rate) vaksin diumumkan dan terpilihnya Biden sebagai presiden Amerika Serikat.

 

Prospek Pasar Modal di Kuartal Pertama 2021

 

Rally pada IHSG yang terjadi selama kuartal keempat 2020 berhubungan erat dengan optimisme akan pemulihan ekonomi di 2021. Kami melihat beberapa dasar pemikiran yang bisa menjadi bahan pertimbangan investor untuk membeli kelas aset saham pada saat ini di tengah kondisi fundamental perusahaan – perusahaan yang telah menunjukkan tren pemulihan sejak Q3 2020. Beberapa dasar pemikiran kami seperti berikut, vaksinasi akan dilaksanakan secara gratis kepada hampir seluruh masyarakat sehingga aktifitas normal diharapkan bisa kembali dilakukan pada akhir 2021. Aktifitas normal tersebut tentu akan berimbas pada kenaikan permintaan barang dan jasa secara signifikan. Produsen dan penyedia jasa tentu akan meningkatkan produksi dan tenaga kerja sehingga meningkatkan pendapatan. Likuiditas perbankan yang sangat besar dan suku bunga pinjaman yang terus menurun membuat perusahaan – perusahan untuk mengambil pinjaman yang relative murah. ROE dan profit margin saat ini sudah berada pada level yang sangat rendah, dan diharapkan bisa kembali naik jika permintaan sudah kembali naik. Selain itu, dana investasi melalui investasi asing dan Souvereign Wealth Fund (SWF) yang diciptakan pemerintah diharapkan bisa terwujud di semester kedua tahun 2021 dan menjadi mesin baru perekonomian. Harga komoditas yang naik saat ini membantu meningkatkan daya beli masyarakat terutama di luar Jawa. Kepemilikan dana asing atas kelas aset saham dan obligasi cukup rendah saat ini dan diperkirakan dapat kembali dimana Indonesia diprediksi memiliki pertumbuhan positif yang cukup baik dibanding negara berkembang lainnya. Dari sisi valuasi, discount rate dapat turun seiring dengan menurunnya suku bunga dan yield obligasi acuan sehingga nilai perusahaan dapat naik.

Melihat perubahan positif baik dari dalam maupun luar negeri, kami menetapkan asumsi pertumbuhan EPS naik 35% dan asumsi net profit margin di 10,5% untuk 2021. Dengan asumsi tersebut, kami mendapatkan target IHSG 2021 berada pada 6.300 – 6.400 untuk base case dengan standard deviasi +1x. Menurut kami, asumsi tersebut masih cukup konservatif mengingat penurunan EPS tahun 2020 pada kisaran (-35%) – (-40%). Jika kita berasumsi ekonomi dapat kembali seperti semula, maka pertumbuhan EPS 2021 harus lebih tinggi dari itu.

Kami melihat jika pertumbuhan EPS 2021 bisa mencapai 45% (bull case scenario), maka target IHSG bisa mencapai 6.800 dengan standard deviasi +1x.

Pada bulan Desember, Gubenur bank sentral Amerika Serikat The Fed Jerome Powel kembali menyatakan bahwa Fed Rate akan dijaga di level rendah seperti saat ini untuk beberapa waktu kedepan dan melanjutkan program pembelian obligasi sampai terjadi kemajuan dari data ekonomi yang lebih baik. Pernyataan tersebut pernah diucapkan pertama kali pada akhir Agustus 2020 dan hal tersebut memberi sinyal kepada investor bahwa US Treasury yield akan relatif rendah. Oleh sebab itu, kami melihat kesempatan bagi investor asing untuk memburu obligasi pemerintah negara lain yang dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah Indonesia. Pada bulan Agustus, kami merekomendasikan investor untuk membeli obligasi pemerintah dan rekomendasi tersebut membuahkan hasil yang baik di akhir tahun dimana yield obligasi pemerintah Indonesia 10 tahun menyentuh 5,9% pada Desember 2020 dari 6,9% pada Agustus 2020.

Melihat fundamental keuangan Indonesia yang cukup baik, kami kembali merekomendasikan investor untuk tetap membeli obligasi pemerintah Indonesia dimana kami memiliki target yield obligasi pemerintah 10 tahun antara 5,5% – 6,0% untuk 2021. Beberapa asumsi ekonomi yang kami gunakan dalam penyusunan target tersebut adalah US Treasury yield berkisar antara 1,00 – 1,20%, CDS 5 tahun yang berkisar antara 70 – 75bps, JIBOR 1 bulan yang relatif stabil di 3,75%, spread IDR antara spot dan forward rate 1 bulan pada kisaran 75 bps, BI rate di 4,75%, dan Rupiah stabil di Rp 14,200/USD.

 



DISCLAIMER


Pendapat yang diungkapkan dalam artikel adalah untuk tujuan informasi umum saja dan tidak dimaksudkan untuk memberikan saran atau rekomendasi khusus untuk individu atau produk keamanan atau investasi tertentu. Ini hanya dimaksudkan untuk memberikan edukasi tentang industri keuangan. Pandangan yang tercermin dalam konten dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Seluruh data kinerja dan return investasi yang tertera di artikel ini tidak dapat digunakan sebagai dasar jaminan perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

 

Written by

Willy Gunawan

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *